Plato memberikan gambaran klasik dan rasionalisme. Dalam sebuah dialog yang
disebut Meno, dia berdalil, bahwa untuk mempelajani sesuatu, seseorang harus
menemukan kebenaran yang sebelumnya belum diketahui. Tetapi, jika dia belum
mengetahui kebenaran tersebut. bagaimana dia bisa mengenalinya? Plato
menyatakan bahwa seseorang tidak dapat mengatakan apakah suatu pernyataan itu
benar kecuali kalau dia. Sebelumnya sudah tahu bahwa itu benar. Kesimpulannya
adalah bahwa manusia tidak mempelajari apa pun; ia hanya “teringat apa yang
telah dia ketahui”. Semua prinsip-prinsip dasar dan bersifat umum sebelumnya
sudah ada dalam pikiran manusia. Pengalaman indera paling banyak hanya dapat
merangsang ingatan dan membawa kesadaran terhadap pengetahuan yang selama itu
sudah berada dalam pikiran.
Teori pengetahuan Plato mi kemudian diintegrasikan dengan pendapatnya tentang
hakekat kenyataan. Menurut Plato kenyataan dasar terdirt dan idea atau prinsip.
Idea mi disebutnya bentuk. Keindahan, kebenaran, keadilan adalah salah satu dan
bentuk yang berada secara mutlak dan tidak berubah kapan pun dan bagi siapa
pun. Manusia dapat mengetahui bentuk-bentuk ini lewat proses intuisi rasional
yakni suatu kegiatan yang khas dan pikiran manusia. Bukti bahwa bentuk ini ada
di.. dasarkan pada kenyataan bahwa manusia dapat menggambarkannya. Jadi, Plato
memandang pengetahuan sebagai suatu penemuan yang terjadi selama proses
pemikiran rasional yang teratur.
Geometri (ilmu ukur) adalah salah satu dan contoh favorit kaum rasionalis.
Mereka berdalil bahwa aksioma dasar geometri (umpamanya, “sebuah garis lurus
merupakan jarak yang terdekat antara dua titik”) adalah idea yang jelas dan
tegas yang “baru kemudian” dapat diketahui oleh manusia. Dan aksioma dasar itu
dapat dideduksikan sebuah sistem yang terdiri dan subaksioma-subaksioma.
Hasilnya adalah sebuah jaringan pernyataan yang formal dan konsisten yang
secara logis tersusun dalam batasbatas yang telah digariskan oleh suatu aksioma
dasar yang sudah pasti.
Rene Descartes, ahli matematika dan falsafah pada abad ketujuh belas,
mengajukan argumentasi yang kuat untuk pendekatan rasional terhadap
pengetahuan. Hidup dalam keadaan yang penuh pertentangan ideologis, Descartes
mempunyai keinginan yang besar untuk mendasarkan keyakinannya pada sebuah
landasan yang mempunyai kepastian yang mutlak. Untuk mencapai tujuan tersebut,
dia melakukan pengujian. yang mendalam terhadap segenap apa yang diketahuinya.
Dia memutuskan bahwa jika dia menemukan suatu alasan yang meragukail suatu
kategori atau prinsip dan pengetahuan, maka kategori itu akan dikesampingkan.
Dia hanya akan menerima sesuatu yang terhadapnya dia tak mempunyai keberatan
apa-apa.
Descartes menganggap bahwa pengetahuan memang dihasilkan oleh indera, tetapi
karena dia mengakui bahwa indera itu bisa menyesatkan (seperti dalam mimpi atau
khayalan), maka dia terpaksa mengambilkesimpulan bahwa data keinderaan tidak
dapat diandalkan. Dia kemudian menguji kepercayaannya terhadap Tuhan Yang
Mahakuasa, tetapi di sini pun dia menemukan, bahwa dia dapat membayangkan Tuhan
yang mungkin bisa menipu manusia. Dalam kesungguhannya mencari dasar yang
mempunyai kepastian mutlak mi, Descartes meragukan adanya surga dan dunia, pikiran
dan badani. Satu-satunya hal yang tak dapat dia ragukan adalah eksistensi
dirinya sendiri; dia tidak meragukan lagi bahwa dia sedang ragu-ragu. Bahkan
jika kemudian dia disesatkan dalam berpikir bahwa dia ada, dia berdalih bahwa
penyesatan itu pun merupakan bukti bahwa ada seseorang yang sedang disesatkan.
Batu karang kepastian Descartes mi diekspresikan dalarn bahasa Latin cogito,
ergo sum (Saya berpikir, karena itu saya ada).
Diceriterakan bahwa ada seorang
mahaguru yang sedang membicarakan masalah eksistensi. Mahasiswa-mahasiswanya
diminta untuk membaca Descartes. Keesokan harinya datang kepadanya seorang
mahasiswa yang bingung dan lesu dengan keluhan bahwa semalaman dia terus
terjaga dalam usaha untuk memutuskan apakah dia itu ada atau tidak. “Katakan
kepada saya, apakah saya ada?” Profesor itu, setelah menyimak pertanyaan itu
balik bentanya, “Siapakah yang ingin tahu?”
Dalam, usaha untuk menjelaskan mengapa kebenanan yang satu (Saya benpikir, maka
saya ada) adalah beyiar, Descartes benkesimpulan bahwa dia merasa diyakinkan
oleh kejelasar/dan ketegasan dan idea tersebut. Di atas dasar ini dia menalar
bahwa sep’~ua kebenaran dapat kita kenal karena kejelasan dan ketegasan yang
tii,yibul dalam pikiran kita: “Apa pun yang dapat digambarkan secara jelas dan
tegas adalah benar.”
Apa yang telah diungkapkan di atas adalah contoh-contoh bagaimana falsafah
rasional mempercai bahwa pengetahuan yang dapat diandalkan bukanlah diturunkan
dari dunia pengalaman melainkan dan dunia pikiran. (Dalam rasionalisme
“pikiran” tidak sinonim dengan “otak”). Baik Plato maupun Descartes” keduanya
menganggap bahwa pengetahuan yang benar sudah ada bensama kita dalam bentuk
idea-idea, yang tidak kita peroleh (pelajari) melainkan merupakan bawaan. Kaum
rasionalis kemudian mempertahankan pendapat bahwa dunia yang kita ketahui
dengan metode intuisi rasional adalah dunia yang nyata. Kebenaran atau
kesalahan tenletak dalam idea dan bukan pada benda-benda tersebut.
Kritik terhadap Rasionalisme
1. Pengetahuan rasional dibentuk oleh idea yang tidak dapat dilihat maupun diraba.
Eksistensi tentang idea yang sudah pasti maupun yang bersifat bawaan itu
sendini belum dapat dikuatkan oleh semua manusia dengan kekuatan dan keyakinan
yang sama. Lebih jauh, terdapat perbedaan pendapat yang nyata di antara kaum
rasionalis itti sendini mengenai kebenaran dasan yang menjadi landasan dalam
menalan. Plato, St Augustine, dan Descartes masing-masing mengembangkan
teori-teori rasional sendiri yang masing-masing berbeda.
2. Banyak di antara manusia yang berpikiran jauh merasa bahwa mereka menemukan
kesukaran yang besar dalam menerapkan konsep rasional kepada masalah kehidupan
yang praktis. Kecenderungan terhadap abstraksi dan kecenderungan da-lam
meragukan serta menyangkal syahnya pengalaman keinderaan telah dikritik orang
habis-habisan. Kritikus yang terdidik biasanya mengeluh bahwa kaum rasionalis
memperlakukan idea atau konsep seakan-akan mereka adalah benda yang obyektif.
Menghilangkan nilai dan pengalaman keinderaan, menghilangkan pentingnya
benda-benda fisik sebagai tumpuan, lalu menggantinya dengan serangkaian
abstraksi yang samar-samar, dinilai mereka sebagai suatu metode yang sangat
meragukan dalam rnernperoleh pengetahuan yang dapat diandalkan.
3. Teori
rasional gagal dalam menjelaskan perubahan dan pertambahan pengetahuan manusia
selarna mi. Banyak dan idea yang sudah pasti pada satu waktu kemudian berubah
pada waktu yang lain. Pada suatu saat dalam sejarah, idea bahwa burni adalah
pusat dan sistem matahari hampir diterima secara urnum sebagai suatu pernyataan
yang pasti.
0 komentar:
Posting Komentar