1. Pendahuluan
Pertumbuhan teknologi internet memberikan
kesempatan untuk diaplikasikan dalam berbagai bidang termasuk pendidikan
tinggi, dalam rangka meningkatkan kualitas pendidikan. Dalam makalah ini, kami
membahas tentang faktor-faktor penting yang harus dipertimbangkan ketika kita
membangun sistem pendukung distance learning menggunakan teknologi internet
atau web, dan juga perlu kita pertimbangkan tentang Open Source yang
diimplementasikan untuk membuat sistem dengan biaya rendah tanpa menurunkan
performansinya dan keandalannya.
1.1. Latar Belakang
Sejalan dengan kemajuan teknologi jaringan dan perkembangan internet, memungkinkan penerapan teknologi ini di berbagai bidang termasuk di bidang pendidikan atau latihan.
Di masa datang penerapan teknologi internet di bidang pendidikan dan latihan akan sangat dibutuhkan dalam rangka meningkatkan dan memeratakan mutu pendidikan, terutama di Indonesia yang wilayahnya tersebar di berbagai daerah yang sangat berjauhan. Sehingga diperlukan solusi yang tepat dan cepat dalam mengatasi berbagai masalah yang berkaitan dengan mutu pendidikan sekarang. Dengan adanya aplikasi pendidikan jarak jauh yang berbasiskan internet, maka ketergantungan akan jarak dan waktu yang diperlukan untuk pelaksanaan pendidikan dan latihan akan dapat diatasi, karena semua yang diperlukan akan dapat disediakan secara online sehingga dapat diakses kapan saja.
Pada paper ini dibahas hal-hal yang diperlukan dalam penerapan teknologi internet untuk bidang pendidikan.
Sejalan dengan kemajuan teknologi jaringan dan perkembangan internet, memungkinkan penerapan teknologi ini di berbagai bidang termasuk di bidang pendidikan atau latihan.
Di masa datang penerapan teknologi internet di bidang pendidikan dan latihan akan sangat dibutuhkan dalam rangka meningkatkan dan memeratakan mutu pendidikan, terutama di Indonesia yang wilayahnya tersebar di berbagai daerah yang sangat berjauhan. Sehingga diperlukan solusi yang tepat dan cepat dalam mengatasi berbagai masalah yang berkaitan dengan mutu pendidikan sekarang. Dengan adanya aplikasi pendidikan jarak jauh yang berbasiskan internet, maka ketergantungan akan jarak dan waktu yang diperlukan untuk pelaksanaan pendidikan dan latihan akan dapat diatasi, karena semua yang diperlukan akan dapat disediakan secara online sehingga dapat diakses kapan saja.
Pada paper ini dibahas hal-hal yang diperlukan dalam penerapan teknologi internet untuk bidang pendidikan.
1.2. Aplikasi Web
Web merupakan salah satu tekonologi internet yang telah berkembang sejak lama dan yang paling umum dipakai dalam pelaksanaan pendidikan dan latihan jarak jauh (e-Learning).
Secara umum aplikasi di internet terbagi menjadi 2 jenis, yaitu sebagai berikut:
Web merupakan salah satu tekonologi internet yang telah berkembang sejak lama dan yang paling umum dipakai dalam pelaksanaan pendidikan dan latihan jarak jauh (e-Learning).
Secara umum aplikasi di internet terbagi menjadi 2 jenis, yaitu sebagai berikut:
- Synchronous System
Aplikasi yang berjalan secara waktu nyata dimana seluruh pemakai bisa berkomunikasi pada waktu yang sama, contohnya: chatting, Video Conference, dsb. - Asynchronous System
Aplikasi yang tidak bergantung pada waktu dimana seluruh pemakai bisa mengakses ke sistem dan melakukan komunikasi antar mereka disesuaikan dengan waktunya masing-masing, contohnya: BBS, e-mail, dsb.
Dengan fasilitas jaringan yang dimiliki
oleh berbagai pendidikan tinggi atau institusi di Indonesia baik intranet maupun
internet, sebenarnya sudah sangat mungkin untuk diterapkannya sistem pendukung
e-Learning berbasis Web dengan menggunakan sistem synchronous atau asynchronous,
namun pada dasarnya kedua sistem diatas biasanya digabungkan untuk menghasilkan
suatu sistem yang efektif karena masing-masing memiliki kelebihan dan
kekurangannya.
Dibeberapa negara yang sudah maju dengan kondisi infrastruktur jaringan kecepatan tinggi akan sangat memungkinkan penerapan teknologi multimedia secara waktu nyata seperti video conference untuk kepentingan aplikasi e-Learning, tetapi untuk kondisi umum di Indonesia dimana infrastruktur jaringannya masih relatif terbatas akan mengalami hambatan dan menjadi tidak efektif. Namun demikian walaupun tanpa teknologi multimedia tersebut, sebenarnya dengan kondisi jaringan internet yang ada sekarang di Indonesia sangat memungkinkan, terutama dengan menggunakan sistem asynchronous ataupun dengan menggunakan sistem synchronous seperti chatting yang disesuaikan dengan sistem pendukung pendidikan yang akan dikembangkan.
Dibeberapa negara yang sudah maju dengan kondisi infrastruktur jaringan kecepatan tinggi akan sangat memungkinkan penerapan teknologi multimedia secara waktu nyata seperti video conference untuk kepentingan aplikasi e-Learning, tetapi untuk kondisi umum di Indonesia dimana infrastruktur jaringannya masih relatif terbatas akan mengalami hambatan dan menjadi tidak efektif. Namun demikian walaupun tanpa teknologi multimedia tersebut, sebenarnya dengan kondisi jaringan internet yang ada sekarang di Indonesia sangat memungkinkan, terutama dengan menggunakan sistem asynchronous ataupun dengan menggunakan sistem synchronous seperti chatting yang disesuaikan dengan sistem pendukung pendidikan yang akan dikembangkan.
1.3. Sistem Pendukung Pendididikan
Dengan adanya sistem ini proses pengembangan pengetahuan tidak hanya terjadi di dalam ruangan kelas saja dimana secara terpusat guru memberikan pelajaran secara searah, tetapi dengan bantuan peralatan komputer dan jaringan, para siswa dapat secara aktif dilibatkan dalam proses belajar-mengajar. Mereka bisa terus berkomunikasi sesamanya kapan dan dimana saja dengan cara akses ke sistem yang tersedia secara online. Sistem seperti ini tidak saja akan menambah pengetahuan seluruh siswa, akan tetapi juga akan turut membantu meringankan beban guru dalam proses belajar-mengajar, karena dalam sistem ini beberapa fungsi guru dapat diambil alih dalam suatu program komputer yang dikenal dengan istilah agent [5].
Disamping itu, hasil dari proses dan hasil dari belajar-mengajar bisa disimpan datanya di dalam bentuk database, yang bisa dimanfaatkan untuk mengulang kembali proses belajar-mengajar yang lalu sebagai rujukan, sehingga bisa dihasilkan sajian materi pelajaran yang lebih baik lagi.
Dengan adanya sistem ini proses pengembangan pengetahuan tidak hanya terjadi di dalam ruangan kelas saja dimana secara terpusat guru memberikan pelajaran secara searah, tetapi dengan bantuan peralatan komputer dan jaringan, para siswa dapat secara aktif dilibatkan dalam proses belajar-mengajar. Mereka bisa terus berkomunikasi sesamanya kapan dan dimana saja dengan cara akses ke sistem yang tersedia secara online. Sistem seperti ini tidak saja akan menambah pengetahuan seluruh siswa, akan tetapi juga akan turut membantu meringankan beban guru dalam proses belajar-mengajar, karena dalam sistem ini beberapa fungsi guru dapat diambil alih dalam suatu program komputer yang dikenal dengan istilah agent [5].
Disamping itu, hasil dari proses dan hasil dari belajar-mengajar bisa disimpan datanya di dalam bentuk database, yang bisa dimanfaatkan untuk mengulang kembali proses belajar-mengajar yang lalu sebagai rujukan, sehingga bisa dihasilkan sajian materi pelajaran yang lebih baik lagi.
1.4. Collaboration
Collaboration didefinisikan sebagai kerjasama antar peserta dalam rangka mencapai tujuan bersama [1]. Collaboration tidak hanya sekedar menempatkan para peserta ke dalam kelompok-kelompok studi, tetapi diatur pula bagaimana mengkoordinasikan mereka supaya bisa bekerjasama dalam studi [2].
Saat ini penelitian di bidang kolaborasi melalui internet dikenal dengan istilah CSCL (Computer Supported Collaborative Learning), dimana pada prinsipnya CSCL berusaha untuk mengoptimalkan pengetahuan yang dimiliki oleh para peserta dalam bentuk kerjasama dalam pemecahan masalah. Kenyataannya kolaborasi antar peserta cenderung lebih mudah dibandingkan dengan kolaborasi antara peserta dengan guru [6].
Gambar 1 menunjukkan konsep e-Learning dengan metoda CSCL, yang terdiri dari pemakai dan tool yang digunakan. Pemakai terdiri dari siswa dan guru yang membimbing, dimana siswa itu sendiri terbagi menjadi siswa dan siswa lain yang bertindak sebagai collaborator selama proses belajar. Para peserta saling berkolaborasi dengan tool yang tersedia melalui jaringan intranet atau internet, dimana guru mengarahkan jalannya kolaborasi supaya mencapai tujuan yang diiginkan.
Collaboration didefinisikan sebagai kerjasama antar peserta dalam rangka mencapai tujuan bersama [1]. Collaboration tidak hanya sekedar menempatkan para peserta ke dalam kelompok-kelompok studi, tetapi diatur pula bagaimana mengkoordinasikan mereka supaya bisa bekerjasama dalam studi [2].
Saat ini penelitian di bidang kolaborasi melalui internet dikenal dengan istilah CSCL (Computer Supported Collaborative Learning), dimana pada prinsipnya CSCL berusaha untuk mengoptimalkan pengetahuan yang dimiliki oleh para peserta dalam bentuk kerjasama dalam pemecahan masalah. Kenyataannya kolaborasi antar peserta cenderung lebih mudah dibandingkan dengan kolaborasi antara peserta dengan guru [6].
Gambar 1 menunjukkan konsep e-Learning dengan metoda CSCL, yang terdiri dari pemakai dan tool yang digunakan. Pemakai terdiri dari siswa dan guru yang membimbing, dimana siswa itu sendiri terbagi menjadi siswa dan siswa lain yang bertindak sebagai collaborator selama proses belajar. Para peserta saling berkolaborasi dengan tool yang tersedia melalui jaringan intranet atau internet, dimana guru mengarahkan jalannya kolaborasi supaya mencapai tujuan yang diiginkan.
Dalam pelaksanaan sistem e-Learning,
kolaborasi antar siswa akan menjadi faktor yang esensial [3][5], terutama pada
sistem asynchronous dimana para siswa tidak secara langsung bisa
mengetahui kondisi siswa lain, sehingga seandainya terjadi masalah dalam
memahami makalah yang disediakan, akan terjadi kecenderungan untuk gagal
mengikutinya dikarenakan kurangnya komunikasi antar siswa, sehingga timbul
kecenderungan terperangkap pada kondisi standstill, sehingga
menyebabkan hasil yang tidak diharapkan.
Ada 5 hal essensial [6] yang harus diperhatikan dalam menjalankan kolaborasi lewat internet, yaitu sebagai berikut:
Ada 5 hal essensial [6] yang harus diperhatikan dalam menjalankan kolaborasi lewat internet, yaitu sebagai berikut:
(a) clear, positive interdependece
among students
(b) regular group self-evaluation
(c) interpersonal behaviors that promote each member’s learning and success
(d) individual accountability and personal responsibility
(e) frequent use of appropriate interpersonal and small group social skills
(b) regular group self-evaluation
(c) interpersonal behaviors that promote each member’s learning and success
(d) individual accountability and personal responsibility
(e) frequent use of appropriate interpersonal and small group social skills
Dalam proses kolaborasi antar siswa, guru
bisa saja terlibat didalamnya secara tidak langsung, dalam rangka membantu
proses kolaborasi dengan cara memberikan arahan berupa message untuk memecahkan
masalah. Sehingga diharapkan proses kolaborasi menjadi lebih lancar.
1.5. Konfigurasi Sistem
Gambar 2 menunjukkan struktur global dari sistem pendukung untuk e-Learning. Pemakai sistem dalam hal ini siswa dan guru dapat mengakses ke sistem dengan menggunakan piranti lunak browser.
Gambar 2 menunjukkan struktur global dari sistem pendukung untuk e-Learning. Pemakai sistem dalam hal ini siswa dan guru dapat mengakses ke sistem dengan menggunakan piranti lunak browser.
Seperti pada gambar 2, Implementasi client/server untuk
sistem penunjang pendidikan berbasis kolaborasi di internet, pada dasarnya
harus memiliki bagian-bagian sebagai berikut:
- Collaboration, untuk melakukan kerjasama antar siswa dalam pemecahan masalah yang berkaitan dengan materi pelajaran. Kolaborasi ini bisa diwujudkan dalam bentuk diskusi atau tanya-jawab dengan memanfaatkan fasilitas internet yang umum dipakai misalnya: e-mail, BBS, chatting, dikembangkan sesuai dengan kebutuhan aplikasi yang akan dibuat.
- Database, untuk menyimpan materi pelajaran dan record-record yang berkaitan dengan proses belajar-mengajar khususnya proses kolaborasi.
- Web Server, merupakan bagian mengatur akses ke sistem dan mengatur tampilan yang diperlukan dalam proses pendidikan. Termasuk pula pengaturan keamanan sistem.
Pengembang aplikasi seperti ini bisa
dilakukan dengan menggunakan software sebagai berikut:
Platform OS
|
Linux
|
Web Server
|
Apache+Tomcat
|
Programming
|
Java
|
Script
|
Java Server Page
|
Database
|
MySQL / Postgress
|
Frame Work
|
Struts
|
Development Tool
|
Eclipse
|
Keuntungan menggunakan software
diatas yaitu seluruhnya merupakan Open Source yang bisa didownload
secara gratis dari web site masing-masing, sehingga dalam
implementasinya bisa ditekan biaya serendah mungkin, tanpa mengurangi
realibilitas sistem itu sendiri. Keuntungan lainnya yaitu untuk akses ke sistem
seperti ini tidak tergantung pada suatu platform operating system.
Oleh karena itu, dengan penerapan berbagai software Open Source seperti ini, diharapkan akan dicapai suatu sistem e-Learning yang aman, terpercaya, performance tinggi, multiplatform, dan biaya rendah.
Oleh karena itu, dengan penerapan berbagai software Open Source seperti ini, diharapkan akan dicapai suatu sistem e-Learning yang aman, terpercaya, performance tinggi, multiplatform, dan biaya rendah.
1.6. Penutupan
Sejalan dengan perkembangan teknologi jaringan khususnya internet, dan pemerataan pemakaian fasilitas internet di Indonesia, maka sudah selayaknya untuk memulai penerapan teknologi ini di bidang pendidikan, yang diharapkan dapat menunjang peningkatkan mutu pendidikan khususnya pendidikan tinggi dan institusi yang relatif telah memiliki fasilitas jaringan komputer.
Dalam makalah ini telah dibahas berbagai fasilitas penunjang yang bisa dikembangkan dengan memanfaatkan teknologi internet dengan biaya yang seminimal mungkin melalui pemanfaatan Open Source tanpa mengurangi kualitas sistem.
Faktor kolaborasi menjadi penting dalam rangka menciptakan sistem pendidikan yang lebih efektif, karena dalam sistem pendidikan jarak jauh faktor komunikasi antar peserta akan menjadi penentu dalam menentukan perolehan pengetahuan yang dicapai oleh setiap siswa.
Permasalahan kedepan yang perlu dikembangkan adalah sebagai berikut:
Sejalan dengan perkembangan teknologi jaringan khususnya internet, dan pemerataan pemakaian fasilitas internet di Indonesia, maka sudah selayaknya untuk memulai penerapan teknologi ini di bidang pendidikan, yang diharapkan dapat menunjang peningkatkan mutu pendidikan khususnya pendidikan tinggi dan institusi yang relatif telah memiliki fasilitas jaringan komputer.
Dalam makalah ini telah dibahas berbagai fasilitas penunjang yang bisa dikembangkan dengan memanfaatkan teknologi internet dengan biaya yang seminimal mungkin melalui pemanfaatan Open Source tanpa mengurangi kualitas sistem.
Faktor kolaborasi menjadi penting dalam rangka menciptakan sistem pendidikan yang lebih efektif, karena dalam sistem pendidikan jarak jauh faktor komunikasi antar peserta akan menjadi penentu dalam menentukan perolehan pengetahuan yang dicapai oleh setiap siswa.
Permasalahan kedepan yang perlu dikembangkan adalah sebagai berikut:
- Pengembangan Student Model dari database untuk menformulasikan karakter siswa sehingga sistem mampu mendeteksi kondisi siswa yang bermasalah.
- Pengaturan pemakaian tool synchronous dan asynchronous dalam pelaksanaan kolaborasi, supaya tidak terjadi duplikasi yang membahas masalah yang sama berulang-ulang.
- Membuat fasilitas penyusunan makalah di Web yang memudahkan para guru tanpa perlu mengetahui perintah-perintah secara mendetail, yang disesuaikan dengan kebutuhan untuk berkolaborasi.
e-Learning Hewan
apakah itu
E-Learning
sangat potensial untuk membuat proses belajar lebih efektif sebab peluang siswa
untuk berinteraksi dengan guru, teman, maupun bahan belajarnya terbuka lebih
luas. Siswa dapat berkomunikasi dengan gurunya kapan saja, yaitu melalui
e-mail. Demikian juga sebaliknya. Sifat komunikasinya bisa tertutup antara satu
siswa dengan guru atau bahkan bersama-sama melalui papan buletin. Komunikasinya
juga masih bisa dipilih, mau secara serentak atau tidak. Melalui e-Learning,
para siswa/mahasiswa dimungkinkan untuk tetap dapat belajar sekalipun tidak
hadir secara fisik di dalam kelas. Kegiatan belajar menjadi sangat fleksibel karena
dapat disesuaikan dengan ketersediaan waktu para siswa/mahasiswa. Kegiatan
pembelajaran terjadi melalui interaksi siswa/mahasiswa dengan sumber belajar
yang tersedia dan dapat diakses dari internet. Fleksibilitas kegiatan
pembelajaran dimungkinkan terjadi melalui pemanfaatan teknologi komputer dan
internet. Dalam kaitan ini, untuk dapat mengikuti kegiatan e-Learning, tidak
diperlukan adanya tambahan perangkat lunak tertentu di komputer yang akan
digunakan, asal komputer tersebut sudah dilengkapi dengan fasilitas koneksi ke
internet.
Pendidikan jarak jauh adalah sistem pendidikan yang
pelaksanaannya memisahkan guru dan siswa, yang terpisahkan karena faktor jarak
dan waktu. Karena guru dan siswa terpisahkan, maka penyampaian bahan ajar
disajikan di komputer melalui internet dan dalam bentuk media elektronik. Media
elektronik yang dimaksud dapat berupa website dengan berbagai fasilitas seperti
chatting, presentasi, dan jurnal yang bisa di-download, ujian dan penilaian
on-line, forum diskusi virtual, forum konsultasi, dan tanya jawab, discussion
board, maupun video conference.
Dewasa ini semakin bertambah banyak jumlah perguruan tinggi di berbagai negara yang menyajikan materi perkuliahan secara elektronik, baik sebagai pelengkap maupun pengganti pembelajaran tatap muka. Beberapa perguruan tinggi menyelenggarakan kegiatan pembelajaran elektronik sebagai suplemen (tambahan) terhadap materi pelajaran yang disajikan secara reguler di kelas (Wildavsky, 2001; Lewis, 2002). Namun, beberapa perguruan tinggi lainnya menyelenggarakan e-learning sebagai alternatif bagi mahasiswa yang karena satu dan lain hal berhalangan mengikuti perkuliahan secara tatap muka. Dalam kaitan ini, e-Learning berfungsi sebagai option (pilihan) bagi mahasiswa.
Beberapa perguruan tinggi di luar negeri, misalnya Kanada, telah menjadikan pembelajaran elektronik sebagai salah satu alternatif pembelajaran yang dapat dipilih oleh mahasiswa. Artinya, seluruh kegiatan perkuliahan diikuti oleh mahasiswa melalui pemanfaatan internet, mulai dari pendaftaran diri untuk mengikuti kuliah, konsultasi akademik, penyelesaian tugas-tugas dan penyerahannya, sampai dengan evaluasi kegiatan belajar mahasiswa. Dengan demikian, mahasiswa dapat memilih apakah akan mengikuti kegiatan kuliah secara tatap muka, atau secara online, atau perpaduan keduanya. Masing-masing pilihan ini dihargai sama secara akademik.
Dewasa ini semakin bertambah banyak jumlah perguruan tinggi di berbagai negara yang menyajikan materi perkuliahan secara elektronik, baik sebagai pelengkap maupun pengganti pembelajaran tatap muka. Beberapa perguruan tinggi menyelenggarakan kegiatan pembelajaran elektronik sebagai suplemen (tambahan) terhadap materi pelajaran yang disajikan secara reguler di kelas (Wildavsky, 2001; Lewis, 2002). Namun, beberapa perguruan tinggi lainnya menyelenggarakan e-learning sebagai alternatif bagi mahasiswa yang karena satu dan lain hal berhalangan mengikuti perkuliahan secara tatap muka. Dalam kaitan ini, e-Learning berfungsi sebagai option (pilihan) bagi mahasiswa.
Beberapa perguruan tinggi di luar negeri, misalnya Kanada, telah menjadikan pembelajaran elektronik sebagai salah satu alternatif pembelajaran yang dapat dipilih oleh mahasiswa. Artinya, seluruh kegiatan perkuliahan diikuti oleh mahasiswa melalui pemanfaatan internet, mulai dari pendaftaran diri untuk mengikuti kuliah, konsultasi akademik, penyelesaian tugas-tugas dan penyerahannya, sampai dengan evaluasi kegiatan belajar mahasiswa. Dengan demikian, mahasiswa dapat memilih apakah akan mengikuti kegiatan kuliah secara tatap muka, atau secara online, atau perpaduan keduanya. Masing-masing pilihan ini dihargai sama secara akademik.
Kecenderungan untuk mengembangkan
e-Learning sebagai salah satu alternatif pembelajaran di berbagai lembaga
pendidikan dan pelatihan semakin meningkat sejalan dengan perkembangan di
bidang teknologi komunikasi dan informasi. Infrastruktur di bidang
telekomunikasi yang menunjang penyelenggaraan e-Learning tidak lagi hanya
menjadi monopoli kota-kota besar, tetapi secara bertahap sudah mulai dapat
dinikmati oleh mereka yang berada di kota-kota di tingkat kabupaten. Artinya,
masyarakat yang berada di kabupaten telah dapat “berinternet ria”.
Di samping peningkatan infrastruktur di bidang
telekomunikasi, baik ketersediaaannya dan cakupannya maupun kualitasnya,
lembaga-lembaga pendidikan dan pelatihan, terutama lembaga pendidikan tinggi,
tampak terus melengkapi dirinya dengan berbagai fasilitas yang memungkinkan
para “civitas academica”-nya memanfaatkan infrastruktur telekomunikasi yang
tersedia untuk menunjang peningkatan kualitas pembelajaran dan pemberian
layananan kepada mahasiswa. Berbagai fasilitas yang dimaksud antara lain adalah
berupa pengadaan perangkat komputer (lab komputer), koneksi ke internet
(internet connectivity), pengembangan website, pengembangan Local Area Network
(LAN), dan pengembangan intranet.
Pemanfaatan teknologi telekomunikasi untuk kegiatan
pembelajaran di perguruan tinggi di Indonesia semakin kondusif dengan
diterbitkannya Surat Keputusan Menteri Departemen Pendidikan Nasional (SK
Mendiknas) tahun 2001 yang mendorong perguruan tinggi konvensional untuk
menyelenggarakan pendidikan jarak jauh (dual mode). Dengan iklim yang kondusif
ini, beberapa perguruan tinggi telah melakukan berbagai persiapan, seperti
penugasan para dosen untuk (a)
mengikuti pelatihan tentang pengembangan bahan belajar elektronik, (b) mengidentifikasi berbagai platform
pembelajaran elektronik yang tersedia, dan (c)
melakukan eksperimen tentang penggunaan platform pembelajaran elektronik
tertentu untuk menyajikan materi perkuliahan.
Melalui kegiatan pembelajaran elektronik, siswa
dapat berkomunikasi dengan gurunya kapan saja, yaitu melalui e-mail. Demikian
juga sebaliknya. Sifat komunikasinya bisa tertutup antara satu siswa dengan
guru atau bahkan bersama-sama melalui papan buletin. Komunikasinya juga masih
bisa dipilih, mau secara serentak atau tidak (Soekartawi, 2002a, b). Melalui
e-Learning, para siswa/mahasiswa dimungkinkan untuk tetap dapat belajar
sekalipun tidak hadir secara fisik di dalam kelas. Kegiatan belajar menjadi
sangat fleksibel karena dapat disesuaikan dengan ketersediaan waktu para
siswa/mahasiswa. Kegiatan pembelajaran terjadi melalui interaksi siswa/
mahasiswa dengan sumber belajar yang tersedia dan dapat diakses dari internet.
Sehubungan dengan beberapa hal yang telah diuraikan
di atas, tulisan ini akan mencoba mengkaji tentang penyelenggaraan e-Learning
sebagai salah satu alternatif pembelajaran. Tulisan ini diharapkan dapat
menjadi salah satu acuan bagi lembaga-lembaga pendidikan atau pelatihan dalam
merencanakan penyelenggaraan kegiatan pembelajaran melalui media elektronik.
Karena itu, di dalam artikel ini dibahas antara lain pengertian tentang
pembelajaran elektronik (e-Learning), fungsi pembelajaran elektronik, manfaat
pembelajaran elektronik, penyelenggaraan pembelajaran elektronik, dan simpulan
serta saran.
2. Kajian Literatur
2.1 Apa yang Dimaksud dengan e-Learning?
Pembelajaran elektronik atau e-Learning telah
dimulai pada tahun 1970-an (Waller and Wilson, 2001). Berbagai istilah
digunakan untuk mengemukakan pendapat/gagasan tentang pembelajaran elektronik,
antara lain adalah: on-line learning, internet-enabled learning, virtual
learning, atau web-based learning. Dalam kaitan ini, yang diperlukan adalah
kejelasan tentang kegiatan belajar yang bagaimanakah yang dapat dikatakan
sebagai e-Learning? Apakah seseorang yang menggunakan komputer dalam kegiatan
belajarnya dan melakukan akses berbagai informasi (materi pembelajaran) dari
Internet, dapat dikatakan telah melakukan e-Learning?
Untuk menjawab pertanyaan tersebut di atas,
ilustrasi berikut ini mungkin akan dapat membantu memperjelas pengertian
tentang e-Learning (Newsletter of ODLQC, 2001).
Ada
seseorang yang membawa laptop ke sebuah tempat yang berada jauh di gugusan
kepulauan kecil yang terpencil. Dari tempat yang sangat terpencil ini, orang
tersebut mulai menggunakan laptop-nya dan melakukan akses terhadap berbagai
materi program pelatihan yang tersedia. Tidak ada layanan bantuan belajar dari
tutor maupun dukungan layanan belajar bentuk lainnya. Dalam konteks ini, apakah
orang tersebut dapat dikatakan telah melaksanakan e-learning? Jawabannya adalah
TIDAK. Mengapa? Karena yang bersangkutan di dalam kegiatan pembelajaran yang
dilakukannya tidak memperoleh layanan bantuan belajar dari tutor maupun layanan
bantuan belajar lainnya. Bagaimana kalau yang bersangkutan mempunyai telepon
genggam dan kemudian berhasil menggunakannya untuk menghubungi seorang tutor?
Apakah dalam konteks yang demikian ini dapat dikatakan bahwa yang bersangkutan
telah melaksanakan e-Learning? Jawabannya adalah YA.
Dari ilustrasi tersebut di atas, setidak-tidaknya
dapat ditarik 3 (tiga) hal penting sebagai persyaratan kegiatan belajar
elektronik (e-Learning), yaitu: (a) kegiatan pembelajaran dilakukan melalui
pemanfaatan jaringan (“jaringan” dalam uraian ini dibatasi pada penggunaan
internet. Jaringan dapat saja mencakup LAN atau WAN). (Website eLearners.com),
(b) tersedianya dukungan layanan belajar yang dapat dimanfaatkan oleh peserta
belajar, misalnya CD-ROM, atau bahan cetak, dan (c) tersedianya dukungan
layanan tutor yang dapat membantu peserta belajar apabila mengalami kesulitan.
Di samping ketiga persyaratan tersebut di atas
masih dapat ditambahkan persyaratan lainnya, seperti adanya: (a) lembaga yang menyelenggarakan/mengelola
kegiatan e-Learning, (b) sikap
positif dari peserta didik dan tenaga kependidikan terhadap teknologi komputer
dan internet, (c) rancangan sistem
pembelajaran yang dapat dipelajari/diketahui oleh setiap peserta belajar, (d) sistem evaluasi terhadap kemajuan
atau perkembangan belajar peserta belajar, dan (e) mekanisme umpan balik yang dikembangkan oleh lembaga
penyelenggara.
Dengan demikian, secara
sederhana dapatlah dikatakan bahwa pembelajaran elektronik (e-Learning)
merupakan kegiatan pembelajaran yang memanfaatkan jaringan (Internet, LAN, WAN)
sebagai metode penyampaian, interaksi, dan fasilitasi serta didukung oleh
berbagai bentuk layanan belajar lainnya (Brown, 2000; Feasey, 2001). Dalam
uraian lebih lanjut, istilah “e-Learning”, “online learning” atau “pembelajaran
elektronik” akan digunakan secara bergantian namun tetap dengan pengertian yang
sama seperti yang telah dikemukakan.
Definisi e-learning
Banyak
perubahan dengan sangat cepat tentang e-learning, sebelum kata ‘E-learning’
menjadi popular banyak kata-kata pembelajaran yang telah digunakan dan masih
tetap digunakan seperti terlihat dibawah ini :
- Pembelajaran jarak jauh (open distance learning )
- Pengajaran berbasis Web (web based training )
- Pengajaran berbantuan komputer (computer based training )
- Pembelajaran berbasis teknologi (technology based learning )
- Pembelajaran secara online (online learning )
Pembelajaran baik secara formal
maupun informal yang dilakukan melalui media elektronik, seperti Internet,
CDROM, video tape, DVD, TV, Handphone, PDA dll.
Bentuk-bentuk seperti diatas tidaklah semuanya sama. E-learning lebih luas dibandingkan dengan online learning. Online learning hanya menggunakan Internet/intranet/LAN/WAN tidak termasuk menggunakan CDROM.
Bentuk-bentuk seperti diatas tidaklah semuanya sama. E-learning lebih luas dibandingkan dengan online learning. Online learning hanya menggunakan Internet/intranet/LAN/WAN tidak termasuk menggunakan CDROM.
Materi e-learning
Materi didalam modul-modul e-learning bersifat dinamis dan bervariasi, termasuk materi pelatihan yang berbasis web, dokumentasi online, presentasi para eksekutif, video, audio, simulasi dan animasi produk.
Materi didalam modul-modul e-learning bersifat dinamis dan bervariasi, termasuk materi pelatihan yang berbasis web, dokumentasi online, presentasi para eksekutif, video, audio, simulasi dan animasi produk.
Yang Perlu Anda Tahu tentang E-learning
Ingin melanjutkan sekolah ke luar
negeri, namun rasanya tidak punya cukup waktu dan dana (karena pekerjaan masih
menumpuk dan karis sedang melaju). Ingin menambah pengetahuan dan memperluas
wawasan, tetapi seringkali tidak sempat menghadiri seminar, kuliah, ataupun
workshop karena pekerjaan, kantor, dan keluarga tidak bisa ditinggal terlalu
lama. Apakah ini yang Anda rasakan?
Banyak orang juga merasakan hal yang sama. Untuk orang-orang seperti Anda, ada banyak alternatif yang bisa dicoba untuk meningkatkan pengetahuan, memperluas wawasan, dan menggali keterampilan baru tanpa harus meninggalkan pekerjaan yang sekarang sedang Anda tekuni ataupun keluarga, salah satu opsi yang bisa Anda coba adalah e-learning. Tertarik untuk mengetahui alternatif pembelajaran lewat media elektronik ini? Simak yang berikut.
Apakah yang dimaksud dengan e-learning?
Menurut Allan J. Henderson, e-learning adalah pembelajaran jarak jauh yang menggunakan teknologi komputer, atau biasanya Internet (The e-learning Question and Answer Book, 2003). Henderson menambahkan juga bahwa e-learning memungkinkan pembelajar untuk belajar melalui komputer di tempat mereka masing-masing tanpa harus secara fisik pergi mengikuti pelajaran di kelas. William Horton menjelaskan bahwa e-learning merupakan pembelajaran berbasis web (yang bisa diakses dari Internet).
Pembelajaran jarak jauh. E-learning memungkinkan pembelajar untuk menimba ilmu tanpa harus secara fisik menghadiri kelas. Pembelajar bisa saja berada di Jakarta, sementara “instruktur” dan pelajaran yang diikuti berada di kota lain bahkan di negara lain. Namun, interaksi masih bisa dijalankan secara langsung ataupun dengan jeda waktu beberapa saat. Jadi, pembelajar bisa belajar dari komputer di kantor ataupun di rumah yang terkoneksi dengan Internet, sedangkan materi belajar dikelola oleh sebuah perusahaan di Amerika Serikat, di Jepang ataupun di Inggris. Dengan cara ini, pembelajar bisa mengatur sendiri waktu belajar, dan tempat ia mengakses ilmu yang dipelajari. Jika, pembelajaran ditunjang oleh perusahaan, maka si pembelajar bisa mengakses modul yang dipelajarinya dengan mengkoordinasikan waktu ia belajar dan waktu ia bekerja. Misalnya, jika pada pagi hari sampai siang hari, ia dituntut untuk menyelesaikan pekerjaannya di kantor, maka ia bisa menyisihkan waktu di sore hari menjelang pulang untuk belajar. Tugas-tugas yang sehubungan dengan e-learning yang ditekuni pun bisa disesuaikan waktu pengerjaannya dengan kesibukan pembelajar.
Pembelajaran dengan menggunakan media elektronik. E-learning, seperti juga namanya “Electronic Learning” disampaikan dengan menggunakan media elektronik yang terhubung dengan Internet (world wide web yang menghubungkan semua unit komputer di seluruh dunia yang terkoneksi dengan Internet) dan Intranet (jaringan yang bisa menghubungkan semua unit komputer dalam sebuah perusahaan). Jika Anda memiliki komputer yang terkoneksi dengan Internet, Anda sudah bisa berpartisipasi dalam e-learning. Dengan cara ini, jumlah pembelajar yang bisa ikut berpartisipasi bisa jauh lebih besar dari pada cara belajar secara konvensional di ruang kelas (jumlah siswa tidak terbatas pada besarnya ruang kelas). Teknologi ini juga memungkinkan penyampaian pelajaran dengan kualitas yang relatif lebih standar dari pada pembelajaran di kelas yang tergantung pada “mood” dan kondisi fisik dari instruktur. Dalam e-learning, modul-modul yang sama (informasi, penampilan, dan kualitas pembelajaran) bisa diakses dalam bentuk yang sama oleh semua siswa yang mengaksesnya, sedangkan dalam pembelajaran konvensional di kelas, karena alasan kesehatan atau masalah pribadi, satu instruktur pun bisa memberikan pelajaran di beberapa kelas dengan kualitas yang berbeda.
Pembelajaran formal vs. informal. E-learning dalam arti luas bisa mencakup pembelajaran yang dilakukan di media elektronik (internet) baik secara formal maupun informal. E-learning secara formal, misalnya adalah pembelajaran dengan kurikulum, silabus, mata pelajaran dan tes yang telah diatur dan disusun berdasarkan jadwal yang telah disepakati pihak-pihak terkait (pengelola e-learning dan pembelajar sendiri). Pembelajaran seperti ini biasanya tingkat interaksinya tinggi dan diwajibkan oleh perusahaan pada karyawannya, atau pembelajaran jarak jauh yang dikelola oleh universitas dan perusahaan-perusahaan (biasanya perusahan konsultan) yang memang bergerak di bidang penyediaan jasa e-learning untuk umum. E-learning bisa juga dilakukan secara informal dengan interaksi yang lebih sederhana, misalnya melalui sarana mailing list, e-newsletter atau website pribadi, organisasi dan perusahaan yang ingin mensosialisasikan jasa, program, pengetahuan atau keterampilan tertentu pada masyarakat luas (biasanya tanpa memungut biaya).
Pembelajaran yang di tunjang oleh para ahli di bidang masing-masing. Walaupun sepertinya e-learning diberikan melalui komputer (yang adalah benda mati), e-learning ternyata disiapkan, ditunjang, dikelola dan “dihidupkan” oleh tim yang terdiri dari para ahli di bidang masing-masing, yaitu: Subject Matter Expert (SME), Instructional Designer (ID), Graphic Designer (GD) dan para ahli di bidang Learning Management System (LMS). SME merupakan nara sumber dari pelatihan yang disampaikan. ID bertugas untuk secara sistematis mendesain materi dari SME menjadi materi e-learning dengan memasukkan unsur metode pengajaran agar materi menjadi lebih interaktif, lebih mudah dan lebih menarik untuk dipelajari. GD mengubah materi text menjadi bentuk grafis dengan gambar, warna, dan layout yang enak dipandang, efektif dan menarik untuk dipelajari. Para ahli di bidang LMS mengelola sistem di website yang mengatur lalu lintas interaksi antara instruktur dengan siswa, antarsiswa dengan siswa lainnya. Di sini, pembelajar bisa melihat modul-modul yang ditawarkan, bisa mengambil tugas-tugas dan test-test yang harus dikerjakan, serta melihat jadwal diskusi secara maya dengan instruktur, nara sumber lain, dan pembelajar lain. Melalui LMS ini, siswa juga bisa melihat nilai tugas dan test serta peringkatnya berdasarkan nilai (tugas ataupun test) yang diperoleh. Jadi, e-learning tidak diberikan semata-mata oleh mesin, tetapi seperti juga pembelajaran secara konvensional di kelas, e-learning ditunjang oleh para ahli di berbagai bidang terkait.
Banyak orang juga merasakan hal yang sama. Untuk orang-orang seperti Anda, ada banyak alternatif yang bisa dicoba untuk meningkatkan pengetahuan, memperluas wawasan, dan menggali keterampilan baru tanpa harus meninggalkan pekerjaan yang sekarang sedang Anda tekuni ataupun keluarga, salah satu opsi yang bisa Anda coba adalah e-learning. Tertarik untuk mengetahui alternatif pembelajaran lewat media elektronik ini? Simak yang berikut.
Apakah yang dimaksud dengan e-learning?
Menurut Allan J. Henderson, e-learning adalah pembelajaran jarak jauh yang menggunakan teknologi komputer, atau biasanya Internet (The e-learning Question and Answer Book, 2003). Henderson menambahkan juga bahwa e-learning memungkinkan pembelajar untuk belajar melalui komputer di tempat mereka masing-masing tanpa harus secara fisik pergi mengikuti pelajaran di kelas. William Horton menjelaskan bahwa e-learning merupakan pembelajaran berbasis web (yang bisa diakses dari Internet).
Pembelajaran jarak jauh. E-learning memungkinkan pembelajar untuk menimba ilmu tanpa harus secara fisik menghadiri kelas. Pembelajar bisa saja berada di Jakarta, sementara “instruktur” dan pelajaran yang diikuti berada di kota lain bahkan di negara lain. Namun, interaksi masih bisa dijalankan secara langsung ataupun dengan jeda waktu beberapa saat. Jadi, pembelajar bisa belajar dari komputer di kantor ataupun di rumah yang terkoneksi dengan Internet, sedangkan materi belajar dikelola oleh sebuah perusahaan di Amerika Serikat, di Jepang ataupun di Inggris. Dengan cara ini, pembelajar bisa mengatur sendiri waktu belajar, dan tempat ia mengakses ilmu yang dipelajari. Jika, pembelajaran ditunjang oleh perusahaan, maka si pembelajar bisa mengakses modul yang dipelajarinya dengan mengkoordinasikan waktu ia belajar dan waktu ia bekerja. Misalnya, jika pada pagi hari sampai siang hari, ia dituntut untuk menyelesaikan pekerjaannya di kantor, maka ia bisa menyisihkan waktu di sore hari menjelang pulang untuk belajar. Tugas-tugas yang sehubungan dengan e-learning yang ditekuni pun bisa disesuaikan waktu pengerjaannya dengan kesibukan pembelajar.
Pembelajaran dengan menggunakan media elektronik. E-learning, seperti juga namanya “Electronic Learning” disampaikan dengan menggunakan media elektronik yang terhubung dengan Internet (world wide web yang menghubungkan semua unit komputer di seluruh dunia yang terkoneksi dengan Internet) dan Intranet (jaringan yang bisa menghubungkan semua unit komputer dalam sebuah perusahaan). Jika Anda memiliki komputer yang terkoneksi dengan Internet, Anda sudah bisa berpartisipasi dalam e-learning. Dengan cara ini, jumlah pembelajar yang bisa ikut berpartisipasi bisa jauh lebih besar dari pada cara belajar secara konvensional di ruang kelas (jumlah siswa tidak terbatas pada besarnya ruang kelas). Teknologi ini juga memungkinkan penyampaian pelajaran dengan kualitas yang relatif lebih standar dari pada pembelajaran di kelas yang tergantung pada “mood” dan kondisi fisik dari instruktur. Dalam e-learning, modul-modul yang sama (informasi, penampilan, dan kualitas pembelajaran) bisa diakses dalam bentuk yang sama oleh semua siswa yang mengaksesnya, sedangkan dalam pembelajaran konvensional di kelas, karena alasan kesehatan atau masalah pribadi, satu instruktur pun bisa memberikan pelajaran di beberapa kelas dengan kualitas yang berbeda.
Pembelajaran formal vs. informal. E-learning dalam arti luas bisa mencakup pembelajaran yang dilakukan di media elektronik (internet) baik secara formal maupun informal. E-learning secara formal, misalnya adalah pembelajaran dengan kurikulum, silabus, mata pelajaran dan tes yang telah diatur dan disusun berdasarkan jadwal yang telah disepakati pihak-pihak terkait (pengelola e-learning dan pembelajar sendiri). Pembelajaran seperti ini biasanya tingkat interaksinya tinggi dan diwajibkan oleh perusahaan pada karyawannya, atau pembelajaran jarak jauh yang dikelola oleh universitas dan perusahaan-perusahaan (biasanya perusahan konsultan) yang memang bergerak di bidang penyediaan jasa e-learning untuk umum. E-learning bisa juga dilakukan secara informal dengan interaksi yang lebih sederhana, misalnya melalui sarana mailing list, e-newsletter atau website pribadi, organisasi dan perusahaan yang ingin mensosialisasikan jasa, program, pengetahuan atau keterampilan tertentu pada masyarakat luas (biasanya tanpa memungut biaya).
Pembelajaran yang di tunjang oleh para ahli di bidang masing-masing. Walaupun sepertinya e-learning diberikan melalui komputer (yang adalah benda mati), e-learning ternyata disiapkan, ditunjang, dikelola dan “dihidupkan” oleh tim yang terdiri dari para ahli di bidang masing-masing, yaitu: Subject Matter Expert (SME), Instructional Designer (ID), Graphic Designer (GD) dan para ahli di bidang Learning Management System (LMS). SME merupakan nara sumber dari pelatihan yang disampaikan. ID bertugas untuk secara sistematis mendesain materi dari SME menjadi materi e-learning dengan memasukkan unsur metode pengajaran agar materi menjadi lebih interaktif, lebih mudah dan lebih menarik untuk dipelajari. GD mengubah materi text menjadi bentuk grafis dengan gambar, warna, dan layout yang enak dipandang, efektif dan menarik untuk dipelajari. Para ahli di bidang LMS mengelola sistem di website yang mengatur lalu lintas interaksi antara instruktur dengan siswa, antarsiswa dengan siswa lainnya. Di sini, pembelajar bisa melihat modul-modul yang ditawarkan, bisa mengambil tugas-tugas dan test-test yang harus dikerjakan, serta melihat jadwal diskusi secara maya dengan instruktur, nara sumber lain, dan pembelajar lain. Melalui LMS ini, siswa juga bisa melihat nilai tugas dan test serta peringkatnya berdasarkan nilai (tugas ataupun test) yang diperoleh. Jadi, e-learning tidak diberikan semata-mata oleh mesin, tetapi seperti juga pembelajaran secara konvensional di kelas, e-learning ditunjang oleh para ahli di berbagai bidang terkait.
Blended E-Learning
E-Learning yang selama ini dilakukan sering dinamakan dengan istilah blended e-learning. Seperti halnya mem-blender atau mencampur, maksud dari blended e-learning adalah campuran dari pengajaran tatap muka dan pengajaran o-line. Misalnya guru tetap mengajar sesekali di kelas namun selanjutnya materi kuliah, tugas, ujian, atau kuliah seringkali disampaikan secara on-line.
E-Learning yang selama ini dilakukan sering dinamakan dengan istilah blended e-learning. Seperti halnya mem-blender atau mencampur, maksud dari blended e-learning adalah campuran dari pengajaran tatap muka dan pengajaran o-line. Misalnya guru tetap mengajar sesekali di kelas namun selanjutnya materi kuliah, tugas, ujian, atau kuliah seringkali disampaikan secara on-line.
E-learning
adalah sebuah rancangan aplikasi untuk pengelolaan dan pendistribusian materi
pendidikan dan latihan melalui berbagai media elektronik, seperti Internet,
LAN, WAN, broadband, wireless, dan sebagainya.
E-learning tidak
hanya merupakan materi training yang di-online-kan tetapi meliputi proses
distribusi informasi, komunikasi, edukasi, pelatihan, dan manajemen
pengetahuan.
E-learning
merupakan sistem berbasis web (internet) yang memungkinkan informasi dan
pengetahuan dapat diakses oleh siapa saja yang berhak serta kapan saja dan
dimana saja.
E-learning
memberikan perangkat baru untuk memberikan nilai tambah pada berbagai model
pendidikan tradisional di kelas, buku pelajaran, CD-ROM, serta pelatihan
berbasis komputer lainnya.
E-learning tidak
akan menggantikan pertemuan di kelas tetapi meningkatkan dan mengambil manfaat
dari materi-materi dan teknologi pengiriman baru untuk mendukung proses belajar
mengajar. Dengan e-learning, para siswa akan lebih diberdayakan karena kini proses
belajar-mengajar tidak lagi berpusat pada guru tetapi beralih ke siswa. Dengan
koneksi ke Internet, seorang siswa punya akses ke berbagai sumber informasi
yang tak terbatas. Selain itu, e-learning bersifat individual sehingga siswa
yang aktif dan cepat menyerap materi pelatihan akan bisa maju dengan lebih
cepat.
2.2 Apa Fungsi Pembelajaran Elektronik?
Setidaknya ada 3 (tiga) fungsi pembelajaran
elektronik terhadap kegiatan pembelajaran di dalam kelas (classroom
instruction), yaitu sebagai suplemen yang sifatnya pilihan/opsional, pelengkap
(komplemen), atau pengganti (substitusi) (Siahaan, 2002).
(1) Suplemen (Tambahan)
Dikatakan berfungsi sebagai supplemen (tambahan),
apabila peserta didik mempunyai kebebasan memilih, apakah akan memanfaatkan
materi pembelajaran elektronik atau tidak. Dalam hal ini, tidak ada
kewajiban/keharusan bagi peserta didik untuk mengakses materi pembelajaran
elektronik. Sekalipun sifatnya opsional, peserta didik yang memanfaatkannya
tentu akan memiliki tambahan pengetahuan atau wawasan.
(2) Komplemen (Pelengkap)
Dikatakan berfungsi sebagai komplemen (pelengkap)
apabila materi pembelajaran elektronik diprogramkan untuk melengkapi materi
pembelajaran yang diterima siswa di dalam kelas (Lewis, 2002). Sebagai
komplemen berarti materi pembelajaran elektronik diprogramkan untuk menjadi
materi reinforcement (pengayaan) atau remedial bagi peserta didik di dalam
mengikuti kegiatan pembelajaran konvensional.
Materi pembelajaran elektronik dikatakan sebagai
enrichment, apabila kepada peserta didik yang dapat dengan cepat
menguasai/memahami materi pelajaran yang disampaikan guru secara tatap muka
(fast learners) diberikan kesempatan untuk mengakses materi pembelajaran
elektronik yang memang secara khusus dikembangkan untuk mereka. Tujuannya agar
semakin memantapkan tingkat penguasaan peserta didik terhadap materi pelajaran
yang disajikan guru di dalam kelas.
Dikatakan sebagai program remedial, apabila kepada
peserta didik yang mengalami kesulitan memahami materi pelajaran yang disajikan
guru secara tatap muka di kelas (slow learners) diberikan kesempatan untuk
memanfaatkan materi pembelajaran elektronik yang memang secara khusus dirancang
untuk mereka. Tujuannya agar peserta didik semakin lebih mudah memahami materi
pelajaran yang disajikan guru di kelas.
(3) Substitusi (Pengganti)
Beberapa perguruan tinggi di negara-negara maju
memberikan beberapa alternatif model kegiatan pembelajaran/perkuliahan kepada
para mahasiswanya. Tujuannya agar para mahasiswa dapat secara fleksibel
mengelola kegiatan perkuliahannya sesuai dengan waktu dan aktivitas lain
sehari-hari mahasiswa. Ada
3 alternatif model kegiatan pembelajaran yang dapat dipilih peserta didik,
yaitu: (1) sepenuhnya secara tatap muka (konvensional), (2) sebagian secara
tatap muka dan sebagian lagi melalui internet, atau bahkan (3) sepenuhnya
melalui internet.
Alternatif model pembelajaran mana pun yang akan
dipilih mahasiswa tidak menjadi masalah dalam penilaian. Karena ketiga model
penyajian materi perkuliahan mendapatkan pengakuan atau penilaian yang sama.
Jika mahasiswa dapat menyelesaikan program perkuliahannya dan lulus melalui
cara konvensional atau sepenuhnya melalui internet, atau bahkan melalui
perpaduan kedua model ini, maka institusi penyelenggara pendidikan akan
memberikan pengakuan yang sama. Keadaan yang sangat fleksibel ini dinilai
sangat membantu mahasiswa untuk mempercepat penyelesaian perkuliahannya.
2.3 Apa Manfaat e-Learning?
E-learning mempermudah interaksi antara peserta
didik dengan bahan/materi pelajaran. Demikian juga interaksi antara peserta
didik dengan dosen/guru/instruktur maupun antara sesama peserta didik. Peserta
didik dapat saling berbagi informasi atau pendapat mengenai berbagai hal yang
menyangkut pelajaran ataupun kebutuhan pengembangan diri peserta didik. Guru
atau instruktur dapat menempatkan bahan-bahan belajar dan tugas-tugas yang
harus dikerjakan oleh peserta didik di tempat tertentu di dalam web untuk
diakses oleh para peserta didik. Sesuai dengan kebutuhan, guru/instruktur dapat
pula memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk mengakses bahan belajar
tertentu maupun soal-soal ujian yang hanya dapat diakses oleh peserta didik
sekali saja dan dalam rentangan waktu tertentu pula (Website Kudos, 2002).
Secara lebih rinci, manfaat e-Learning dapat dilihat
dari 2 sudut, yaitu dari sudut peserta didik dan guru:
(1) Dari Sudut Peserta Didik
Dengan kegiatan e-Learning dimungkinkan
berkembangnya fleksibilitas belajar yang tinggi. Artinya, peserta didik dapat
mengakses bahan-bahan belajar setiap saat dan berulang-ulang. Peserta didik
juga dapat berkomunikasi dengan guru/dosen setiap saat. Dengan kondisi yang
demikian ini, peserta didik dapat lebih memantapkan penguasaannya terhadap
materi pembelajaran.
Manakala fasilitas infrastruktur tidak hanya
tersedia di daerah perkotaan tetapi telah menjangkau daerah kecamatan dan
pedesaan, maka kegiatan e-Learning akan memberikan manfaat (Brown, 2000) kepada
peserta didik yang (1) belajar di sekolah-sekolah kecil di daerah-daerah miskin
untuk mengikuti mata pelajaran tertentu yang tidak dapat diberikan oleh
sekolahnya, (2) mengikuti program pendidikan keluarga di rumah (home schoolers)
untuk mempelajarii materi pembelajaran yang tidak dapat diajarkan oleh para
orangtuanya, seperti bahasa asing dan keterampilan di bidang komputer, (3)
merasa phobia dengan sekolah, atau peserta didik yang dirawat di rumah sakit
maupun di rumah, yang putus sekolah tetapi berminat melanjutkan pendidikannya,
yang dikeluarkan oleh sekolah, maupun peserta didik yang berada di berbagai
daerah atau bahkan yang berada di luar negeri, dan (4) tidak tertampung di
sekolah konvensional untuk mendapatkan pendidikan.
(2) Dari Sudut Guru/Dosen
Dengan adanya kegiatan e-Learning (Soekartawi,
2002a,b), beberapa manfaat yang diperoleh guru/dosen/instruktur antara lain
adalah bahwa guru/dosen/ instruktur dapat: (1) lebih mudah melakukan
pemutakhiran bahan-bahan belajar yang menjadi tanggung-jawabnya sesuai dengan
tuntutan perkembangan keilmuan yang terjadi, (2) mengembangkan diri atau
melakukan penelitian guna peningkatan wawasannya karena waktu luang yang
dimiliki relatif lebih banyak, (3) mengontrol kegiatan belajar peserta didik.
Bahkan guru/dosen/instruktur juga dapat mengetahui kapan peserta didiknya
belajar, topik apa yang dipelajari, berapa lama sesuatu topik dipelajari, serta
berapa kali topik tertentu dipelajari ulang, (4) mengecek apakah peserta didik
telah mengerjakan soal-soal latihan setelah mempelajari topik tertentu, dan (5)
memeriksa jawaban peserta didik dan memberitahukan hasilnya kepada peserta didik.
Sedangkan manfaat pembelajaran elektronik menurut
A. W. Bates (Bates, 1995) dan K. Wulf (Wulf, 1996) terdiri atas 4 hal, yaitu:
(1) Meningkatkan kadar interaksi
pembelajaran antara peserta didik dengan guru atau instruktur (enhance
interactivity).
Apabila dirancang secara cermat, pembelajaran
elektronik dapat meningkatkan kadar interaksi pembelajaran, baik antara peserta
didik dengan guru/instruktur, antara sesama peserta didik, maupun antara
peserta didik dengan bahan belajar (enhance interactivity). Berbeda halnya
dengan pembelajaran yang bersifat konvensional. Tidak semua peserta didik dalam
kegiatan pembelajaran konvensional dapat, berani atau mempunyai kesempatan
untuk mengajukan pertanyaan ataupun menyampaikan pendapatnya di dalam diskusi.
Mengapa?
Karena pada pembelajaran yang bersifat
konvensional, kesempatan yang ada atau yang disediakan dosen/guru/instruktur
untuk berdiskusi atau bertanya jawab sangat terbatas. Biasanya kesempatan yang
terbatas ini juga cenderung didominasi oleh beberapa peserta didik yang cepat
tanggap dan berani. Keadaan yang demikian ini tidak akan terjadi pada
pembelajaran elektronik. Peserta didik yang malu maupun yang ragu-ragu atau
kurang berani mempunyai peluang yang luas untuk mengajukan pertanyaan maupun
menyampaikan pernyataan/pendapat tanpa merasa diawasi atau mendapat tekanan
dari teman sekelas (Loftus, 2001).
(2) Memungkinkan terjadinya interaksi
pembelajaran dari mana dan kapan saja (time and place flexibility).
Mengingat sumber belajar yang sudah dikemas secara
elektronik dan tersedia untuk diakses oleh peserta didik melalui internet, maka
peserta didik dapat melakukan interaksi dengan sumber belajar ini kapan saja
dan dari mana saja (Dowling, 2002). Demikian juga dengan tugas-tugas kegiatan
pembelajaran, dapat diserahkan kepada guru/dosen/instruktur begitu selesai
dikerjakan. Tidak perlu menunggu sampai ada janji untuk bertemu dengan
guru/instruktur.
Peserta didik tidak terikat ketat dengan waktu dan
tempat penyelenggaraan kegiatan pembelajaran sebagaimana halnya pada pendidikan
konvensional. Dalam kaitan ini, Universitas Terbuka Inggris telah memanfaatkan
internet sebagai metode/media penyajian materi. Sedangkan di Universitas
Terbuka Indonesia
(UT), penggunaan internet untuk kegiatan pembelajaran telah dikembangkan. Pada
tahap awal, penggunaan internet di UT masih terbatas untuk kegiatan tutorial
saja atau yang disebut sebagai “tutorial elektronik” (Anggoro, 2001).
(3) Menjangkau peserta didik dalam cakupan
yang luas (potential to reach a global audience).
Dengan fleksibilitas waktu dan tempat, maka jumlah
peserta didik yang dapat dijangkau melalui kegiatan pembelajaran elektronik
semakin lebih banyak atau meluas. Ruang dan tempat serta waktu tidak lagi
menjadi hambatan. Siapa saja, di mana saja, dan kapan saja, seseorang dapat
belajar. Interaksi dengan sumber belajar dilakukan melalui internet. Kesempatan
belajar benar-benar terbuka lebar bagi siapa saja yang membutuhkan.
(4) Mempermudah penyempurnaan dan
penyimpanan materi pembelajaran (easy updating of content as well as archivable
capabilities).
Fasilitas yang tersedia dalam teknologi internet
dan berbagai perangkat lunak yang terus berkembang turut membantu mempermudah
pengembangan bahan belajar elektronik. Demikian juga dengan penyempurnaan atau
pemutakhiran bahan belajar sesuai dengan tuntutan perkembangan materi
keilmuannya dapat dilakukan secara periodik dan mudah. Di samping itu,
penyempurnaan metode penyajian materi pembelajaran dapat pula dilakukan, baik
yang didasarkan atas umpan balik dari peserta didik maupun atas hasil penilaian
guru/dosen/ instruktur selaku penanggung-jawab atau pembina materi pembelajaran
itu sendiri.
Pengetahuan dan keterampilan untuk pengembangan
bahan belajar elektronik ini perlu dikuasai terlebih dahulu oleh
guru/dosen/instruktur yang akan mengembangkan bahan belajar elektronik.
Demikian juga dengan pengelolaan kegiatan pembelajarannya sendiri. Harus ada
komitmen dari guru/dosen/ instruktur yang akan memantau perkembangan kegiatan
belajar peserta didiknya dan sekaligus secara teratur memotivasi peserta
didiknya.
Ada
beberapa manfaat pembelajaran elektronik atau e-learning, di antaranya adalah:
-Pembelajaran dari mana dan kapan saja (time and place flexibility).
-Bertambahnya interaksi pembelajaran antara peserta didik dengan guru atau instruktur (interactivity enhancement).
-Menjangkau peserta didik dalam cakupan yang luas (global audience).
- Mempermudah penyempurnaan dan penyimpanan materi pembelajaran (easy updating of content as well as archivable capabilities).
Manfaat e-learning juga dapat dilihat dari 2 sudut pandang:
a. Manfaat bagi siswa
Dengan kegiatan e-learning dimungkinkan berkembangnya fleksibilitas belajar yang tinggi. Artinya, kita dapat mengakses bahan-bahan belajar setiap saat dan berulang-ulang. Selain itu kita juga dapat berkomunikasi dengan guru/dosen setiap saat, misalnya melalui chatting dan e-mail.
Mengingat sumber belajar yang sudah dikemas secara elektronik dan tersedia untuk diakses melalui internet, maka kita dapat melakukan interaksi dengan sumber belajar ini kapan saja dan dari mana saja, juga tugas-tugas pekerjaan rumah dapat diserahkan kepada guru/dosen begitu selesai dikerjakan.
b. Manfaat bagi pengajar
Dengan adanya kegiatan e-learning manfaat yang diperoleh guru/dosen antara lain adalah bahwa guru/dosen/ instruktur akan lebih mudah melakukan pembaruan materi maupun model pengajaran sesuai dengan tuntutan perkembangan keilmuan yang terjadi, juga dapat dengan efisien mengontrol kegiatan belajar siswanya.
Pengalaman negara lain dan juga pengalaman distance learning di Indonesia ternyata menunjukkan sukses yang signifikan, antara lain: (a) mampu meningkatkan pemerataan pendidikan; (b) mengurangi angka putus sekolah atau putus kuliah atau putus sekolah; (c) meningkatkan prestasi belajar; (d) meningkatkan kehadiran siswa di kelas, (e) meningkatkan rasa percaya diri; (f) meningkatkan wawasan (outward looking); (g) mengatasi kekurangan tenaga pendidikan; serta (h) meningkatkan efisiensi. (Soekartawi, 2005)
-Pembelajaran dari mana dan kapan saja (time and place flexibility).
-Bertambahnya interaksi pembelajaran antara peserta didik dengan guru atau instruktur (interactivity enhancement).
-Menjangkau peserta didik dalam cakupan yang luas (global audience).
- Mempermudah penyempurnaan dan penyimpanan materi pembelajaran (easy updating of content as well as archivable capabilities).
Manfaat e-learning juga dapat dilihat dari 2 sudut pandang:
a. Manfaat bagi siswa
Dengan kegiatan e-learning dimungkinkan berkembangnya fleksibilitas belajar yang tinggi. Artinya, kita dapat mengakses bahan-bahan belajar setiap saat dan berulang-ulang. Selain itu kita juga dapat berkomunikasi dengan guru/dosen setiap saat, misalnya melalui chatting dan e-mail.
Mengingat sumber belajar yang sudah dikemas secara elektronik dan tersedia untuk diakses melalui internet, maka kita dapat melakukan interaksi dengan sumber belajar ini kapan saja dan dari mana saja, juga tugas-tugas pekerjaan rumah dapat diserahkan kepada guru/dosen begitu selesai dikerjakan.
b. Manfaat bagi pengajar
Dengan adanya kegiatan e-learning manfaat yang diperoleh guru/dosen antara lain adalah bahwa guru/dosen/ instruktur akan lebih mudah melakukan pembaruan materi maupun model pengajaran sesuai dengan tuntutan perkembangan keilmuan yang terjadi, juga dapat dengan efisien mengontrol kegiatan belajar siswanya.
Pengalaman negara lain dan juga pengalaman distance learning di Indonesia ternyata menunjukkan sukses yang signifikan, antara lain: (a) mampu meningkatkan pemerataan pendidikan; (b) mengurangi angka putus sekolah atau putus kuliah atau putus sekolah; (c) meningkatkan prestasi belajar; (d) meningkatkan kehadiran siswa di kelas, (e) meningkatkan rasa percaya diri; (f) meningkatkan wawasan (outward looking); (g) mengatasi kekurangan tenaga pendidikan; serta (h) meningkatkan efisiensi. (Soekartawi, 2005)
Manfaat lain dari e-Learning :
* Memberikan
fasilitas pelatihan yang :
- Memungkinkan untuk mengatur jadwal sendiri, bahkandiluar jam kerja
- Mengatasi kendala waktu dan jarak (perjalanan)
- Memberikan kontrol yang lebih leluasa :
- Memungkinkan untuk mengikuti pelatihan sesuai dengan kecepatan (kemampuan) masing-masing individu sehingga bagi yang mampu menyerap materi pelatihan dengan cepat akan bisa maju dengan lebih cepat
- Memungkinkan untuk memilih berbagai materi dan metoda pelatihan
- Memungkinkan untuk mengatur jadwal sendiri, bahkandiluar jam kerja
- Mengatasi kendala waktu dan jarak (perjalanan)
- Memberikan kontrol yang lebih leluasa :
- Memungkinkan untuk mengikuti pelatihan sesuai dengan kecepatan (kemampuan) masing-masing individu sehingga bagi yang mampu menyerap materi pelatihan dengan cepat akan bisa maju dengan lebih cepat
- Memungkinkan untuk memilih berbagai materi dan metoda pelatihan
* Menghemat biaya
- Menghemat biaya dan waktu perjalanan sehingga penggunaan waktu dan biaya akan lebih efektif.
- Menghemat biaya dan waktu perjalanan sehingga penggunaan waktu dan biaya akan lebih efektif.
* Lebih efektif
- Memberikan kualitas pelatihan yang sama kepada semua orang dan tidak bergantung kepada kualitas pengajar
- Memungkinkan untuk memberikan pelatihan yang bersifat individu melalui kurikulum yang bersifat personal juga.
- Memungkinkan untuk memperbarui materi pelatihan dengan cepat untuk menyesuaikan dengan kebutuhan dan perkembangan terbaru Mudah untuk memonitor perkembangan pelatihan setiap orang
- Memberikan kualitas pelatihan yang sama kepada semua orang dan tidak bergantung kepada kualitas pengajar
- Memungkinkan untuk memberikan pelatihan yang bersifat individu melalui kurikulum yang bersifat personal juga.
- Memungkinkan untuk memperbarui materi pelatihan dengan cepat untuk menyesuaikan dengan kebutuhan dan perkembangan terbaru Mudah untuk memonitor perkembangan pelatihan setiap orang
Dalam kaitannya dengan proses
bisnis, sebenarnya e-learning membekali karyawan dengan pengetahuan dan
informasi yang diperlukan dalam meningkatkan kepuasan pelanggan, meningkatkan
penjualan dan pendapatan perusahaan, mempercepat adopsi teknologi. Namun
e-learning tidak cocok untuk materi pelatihan yang menuntut kehadiran seorang
guru/mentor yang umumnya terkait dengan sikap atau perilaku, seperti
pengembangan kepribadian, pembangunan motivasi, dll.
Apa manfaat
e-learning bagi Anda?
Semakin banyak perusahaan dan individu yang memanfaatkan e-learning sebagai sarana untuk pelatihan dan pendidikan karena mereka melihat berbagai manfaat yang ditawarkan oleh pembelajaran berbasis web ini. Dari berbagai komentar yang dilontarkan, ada tiga persamaan dalam hal manfaat yang bisa dinikmati dari e-learning.
Fleksibilitas. Jika pembelajaran konvensional di kelas mengharuskan siswa untuk hadir di kelas pada jam-jam tertentu (seringkali jam ini bentrok dengan kegiatan rutin siswa), maka e-learning memberikan fleksibilitas dalam memilih waktu dan tempat untuk mengakses pelajaran. Siswa tidak perlu mengadakan perjalanan menuju tempat pelajaran disampaikan, e-learning bisa diakses dari mana saja yang memiliki akses ke Internet. Bahkan, dengan berkembangnya mobile technology (dengan palmtop, bahkan telepon selular jenis tertentu), semakin mudah mengakses e-learning. Berbagai tempat juga sudah menyediakan sambungan internet gratis (di bandara internasional dan cafe-cafe tertentu), dengan demikian dalam perjalanan pun atau pada waktu istirahat makan siang sambil menunggu hidangan disajikan,
Semakin banyak perusahaan dan individu yang memanfaatkan e-learning sebagai sarana untuk pelatihan dan pendidikan karena mereka melihat berbagai manfaat yang ditawarkan oleh pembelajaran berbasis web ini. Dari berbagai komentar yang dilontarkan, ada tiga persamaan dalam hal manfaat yang bisa dinikmati dari e-learning.
Fleksibilitas. Jika pembelajaran konvensional di kelas mengharuskan siswa untuk hadir di kelas pada jam-jam tertentu (seringkali jam ini bentrok dengan kegiatan rutin siswa), maka e-learning memberikan fleksibilitas dalam memilih waktu dan tempat untuk mengakses pelajaran. Siswa tidak perlu mengadakan perjalanan menuju tempat pelajaran disampaikan, e-learning bisa diakses dari mana saja yang memiliki akses ke Internet. Bahkan, dengan berkembangnya mobile technology (dengan palmtop, bahkan telepon selular jenis tertentu), semakin mudah mengakses e-learning. Berbagai tempat juga sudah menyediakan sambungan internet gratis (di bandara internasional dan cafe-cafe tertentu), dengan demikian dalam perjalanan pun atau pada waktu istirahat makan siang sambil menunggu hidangan disajikan,
Anda bisa
memanfaatkan waktu untuk mengakses e-learning.
“Independent Learning”. E-learning memberikan kesempatan bagi pembelajar untuk memegang kendali atas kesuksesan belajar masing-masing, artinya pembelajar diberi kebebasan untuk menentukan kapan akan mulai, kapan akan menyelesaikan, dan bagian mana dalam satu modul yang ingin dipelajarinya terlebih dulu. Ia bisa mulai dari topik-topik ataupun halaman yang menarik minatnya terlebih dulu, ataupun bisa melewati saja bagian yang ia anggap sudah ia kuasai. Jika ia mengalami kesulitan untuk memahami suatu bagian, ia bisa mengulang-ulang lagi sampai ia merasa mampu memahami. Seandainya, setelah diulang masih ada hal yang belum ia pahami, pembelajar bisa menghubungi instruktur, nara sumber melalui email atau ikut dialog interaktif pada waktu-waktu tertentu. Jika ia tidak sempat mengikuti dialog interaktif, ia bisa membaca hasil diskusi di message board yang tersedia di LMS (di Website pengelola). Banyak orang yang merasa cara belajar independen seperti ini lebih efektif daripada cara belajar lainnya yang memaksakannya untuk belajar dengan urutan yang telah ditetapkan.
Biaya. Banyak biaya yang bisa dihemat dari cara pembelajaran dengan e-learning. Biaya di sini tidak hanya dari segi finansial tetapi juga dari segi non-finansial. Secara finansial, biaya yang bisa dihemat, antara lain biaya transportasi ke tempat belajar dan akomodasi selama belajar (terutama jika tempat belajar berada di kota lain dan negara lain), biaya administrasi pengelolaan (misalnya: biaya gaji dan tunjangan selama pelatihan, biaya instruktur dan tenaga administrasi pengelola pelatihan, makanan selama pelatihan), penyediaan sarana dan fasilitas fisik untuk belajar (misalnya: penyewaan ataupun penyediaan kelas, kursi, papan tulis, LCD player, OHP). Dalam hal biaya finansial William Horton (Designing Web-Based Training, 2000) mengutip komentar beberapa perusahaan yang telah menikmati manfaat pengurangan biaya, antara lain: Buckman Laboratories berhasil mengurangi biaya pelatihan karyawan dari USD 2.4 juta menjadi USD 400,000; Aetna berhasil menghemat USD 3 juta untuk melatih 3000 karyawan; Hewlett-Packard bisa memotong biaya pelatihan bagi 700 insinyur mereka untuk produk-produk chip yang selalu diperbaharui, dari USD 7 juta menjadi USD 1.5 juta; Cisco mengurangi biaya pelatihan per karyawan dari USD 1200 - 1800 menjadi hanya USD 120 per orang. Biaya non-finansial yang bisa dihemat juga banyak, antara lain: produktivitas bisa dipertahankan bahkan diperbaiki karena pembelajar tidak harus meninggalkan pekerjaan yang sedang pada posisi sibuk untuk mengikuti pelatihan (jadwal pelatihan bisa diatur dan disebar dalam satu minggu ataupun satu bulan), daya saing juga bisa ditingkatkan karena karyawan bisa senantiasa meningkatkan pengetahuan dan keterampilan yang berkaitan dengan pekerjaannya, sementara bisa tetap melakukan pekerjaan rutinnya.
Bagaimana memanfaatkan e-learning secara optimal?
Seperti halnya pembelajaran dengan cara lain, e-learning bisa memberikan manfaat yang optimal jika beberapa kondisi berikut terpenuhi.
Tujuan. Sebelum memutuskan untuk mengikuti e-learning, Anda perlu menentukan tujuan belajar Anda, sehingga Anda bisa memilih topik, modul, lama belajar, biaya, dan sarana belajar secara elektronik yang sesuai. Tujuan ini hendaknya dikaitkan dengan tujuan pribadi ataupun tujuan bisnis Anda secara langsung yang spesifik dan terukur. Misalnya: Anda baru saja diangkat sebagai project manager. Dalam tiga bulan pertama Anda ingin mendapat keterampilan di bidang ini. Karena pekerjaan baru, dengan gaji dan pekerjaan yang juga meningkat, Anda merasa tidak mungkin untuk secara fisik meninggalkan pekerjaan Anda. Untuk itu Anda bisa mengikuti e-learning berdurasi tiga bulan dengan topik project management yang ditawarkan lembaga atau universitas tertentu (umumnya universitas di Amerika, Australia dan Eropa menawarkan program e-learning). Sambil mengikuti pelajaran, Anda bisa sekaligus menerapkan ilmu dan keterampilan yang Anda dapatkan. Anda juga bisa memanfaatkan forum diskusi secara elektronik untuk membahas permasalahan yang langsung Anda hadapi di lapangan.
Pembelajar. Cara belajar dengan e-learning memberikan peluang untuk menjadi pembelajar independen. Jadi, untuk mendapatkan manfaat optimal dari e-learning, Anda juga harus senang belajar secara independen, memiliki sikap yang positif terhadap pembelajaran dan perluasan wawasan (memiliki motivasi tinggi untuk menguasai topik yang diambil, menganggap belajar bukan sebagai beban tetapi sebagai peluang untuk meningkatkan kualitas, mampu menerapkan disiplin dalam belajar), memiliki sarana belajar yang menunjang (misalnya: komputer, akses internet, fax, printer), keterampilan dan strategi untuk belajar secara independen di dunia maya (keterampilan dasar menggunakan komputer dan internet, strategi untuk mengelola waktu).
Dukungan. Sama seperti cara belajar lain, cara belajar dengan e-learning akan lebih mudah jika mendapat dukungan dari orang-orang terkait dengan pembelajar (misalnya: atasan, perusahaan tempat bekerja, rekan sekerja, sahabat dan keluarga). Dengan dukungan dari berbagai pihak (baik berupa dana, dukungan moril, maupun dukungan fasilitas), semangat belajar yang terkadang turun bisa tetap dipertahankan, bahkan dipacu lebih tinggi, masalah yang dihadapi dalam belajar bisa dituntaskan, sehingga proses belajar dan penyelesaian program bisa lebih mudah dijalankan.
Media lain. E-learning hanyalah sebuah “alat” yang dapat digunakan untuk mencapai suatu tujuan. “Alat” ini jika digunakan bersama “alat-alat” akan mempercepat dan mempermudah pencapaian tujuan. Dengan demikian, e-learning tidak harus digunakan secara murni, tetapi bisa diharmonisasikan dengan penggunaan media lain untuk saling menunjang meraih tujuan si pembelajar. Jadi, jika memang ada kesempatan untuk menggunakan media lain untuk belajar (pembelajaran konvensional di kelas, pembelajaran melalui mailing list, video, radio, fax, atau korespondensi), mengapa tidak saling dikoordinasikan?
Pilih yang Anda perlu. Jika Anda hanya perlu bepergian dengan mobil, Anda tidak perlu menggunakan pesawat terbang. Jika Anda hanya memerlukan informasi dan pengetahuan umum untuk memperluas wawasan, Anda tidak perlu memerlukan sarana untuk memperluas wawasan di bidang tertentu, Anda tak perlu mengeluarkan biaya untuk mengikuti e-learning lengkap, Anda bisa saja berpartisipasi dalam dialog elektronik ataupun menjadi anggota mailing list yang memberikan informasi yang Anda perlukan. Misalnya, untuk mendapatkan tips cerdas untuk mengembangkan diri, Anda bisa mencoba berpartisipasi dalam mailing list smart_wisdom@yahoogroups.com, untuk informasi mengenai manajemen, mengapa tidak mengakses manajemen@yahoogroups.com, dan untuk mendapat contoh dialog dan ungkapan bahasa Inggris dalam bisnis, cobalah edpro@yahoogroups.com. Anda juga bisa membangun mailing list atau berkirim email dengan teman seprofesi untuk saling bertukar informasi. Cara lain yang bisa Anda coba adalah mencari informasi di internet di website tertentu (website majalah internasional, ataupun perusahan konsultan internasional). Misalnya untuk mendapat informasi mengenai strategi manajemen dan bisnis, Anda bisa mencoba mengunjungi dan menjadi anggota mckinseyquarterly. com, sedangkan untuk mendapat informasi bisnis, kunjungi website majalah bisnis nasional maupun internasional, dan untuk melihat informasi lainnya mengenai cara manajemen diri kunjungi website surat kabar Anda ini (http:www. sinarharapan.co.id). Untuk melihat contoh e-learning, Anda bisa mengunjungi berbagai websites, antara lain: www.rootleraning.com, dan www.engines4ed.org.
E-learning memberikan cara alternatif untuk belajar. Pemanfaatan e-learning secara optimal pun tergantung dari beberapa kondisi yang perlu dipenuhi. Namun, apa pun cara belajar yang dipilih, semua berpulang kepada si pembelajar. Tanpa komitmen dan kendali diri, tak ada satu cara belajar pun yang akan berhasil. Selamat belajar.n
“Independent Learning”. E-learning memberikan kesempatan bagi pembelajar untuk memegang kendali atas kesuksesan belajar masing-masing, artinya pembelajar diberi kebebasan untuk menentukan kapan akan mulai, kapan akan menyelesaikan, dan bagian mana dalam satu modul yang ingin dipelajarinya terlebih dulu. Ia bisa mulai dari topik-topik ataupun halaman yang menarik minatnya terlebih dulu, ataupun bisa melewati saja bagian yang ia anggap sudah ia kuasai. Jika ia mengalami kesulitan untuk memahami suatu bagian, ia bisa mengulang-ulang lagi sampai ia merasa mampu memahami. Seandainya, setelah diulang masih ada hal yang belum ia pahami, pembelajar bisa menghubungi instruktur, nara sumber melalui email atau ikut dialog interaktif pada waktu-waktu tertentu. Jika ia tidak sempat mengikuti dialog interaktif, ia bisa membaca hasil diskusi di message board yang tersedia di LMS (di Website pengelola). Banyak orang yang merasa cara belajar independen seperti ini lebih efektif daripada cara belajar lainnya yang memaksakannya untuk belajar dengan urutan yang telah ditetapkan.
Biaya. Banyak biaya yang bisa dihemat dari cara pembelajaran dengan e-learning. Biaya di sini tidak hanya dari segi finansial tetapi juga dari segi non-finansial. Secara finansial, biaya yang bisa dihemat, antara lain biaya transportasi ke tempat belajar dan akomodasi selama belajar (terutama jika tempat belajar berada di kota lain dan negara lain), biaya administrasi pengelolaan (misalnya: biaya gaji dan tunjangan selama pelatihan, biaya instruktur dan tenaga administrasi pengelola pelatihan, makanan selama pelatihan), penyediaan sarana dan fasilitas fisik untuk belajar (misalnya: penyewaan ataupun penyediaan kelas, kursi, papan tulis, LCD player, OHP). Dalam hal biaya finansial William Horton (Designing Web-Based Training, 2000) mengutip komentar beberapa perusahaan yang telah menikmati manfaat pengurangan biaya, antara lain: Buckman Laboratories berhasil mengurangi biaya pelatihan karyawan dari USD 2.4 juta menjadi USD 400,000; Aetna berhasil menghemat USD 3 juta untuk melatih 3000 karyawan; Hewlett-Packard bisa memotong biaya pelatihan bagi 700 insinyur mereka untuk produk-produk chip yang selalu diperbaharui, dari USD 7 juta menjadi USD 1.5 juta; Cisco mengurangi biaya pelatihan per karyawan dari USD 1200 - 1800 menjadi hanya USD 120 per orang. Biaya non-finansial yang bisa dihemat juga banyak, antara lain: produktivitas bisa dipertahankan bahkan diperbaiki karena pembelajar tidak harus meninggalkan pekerjaan yang sedang pada posisi sibuk untuk mengikuti pelatihan (jadwal pelatihan bisa diatur dan disebar dalam satu minggu ataupun satu bulan), daya saing juga bisa ditingkatkan karena karyawan bisa senantiasa meningkatkan pengetahuan dan keterampilan yang berkaitan dengan pekerjaannya, sementara bisa tetap melakukan pekerjaan rutinnya.
Bagaimana memanfaatkan e-learning secara optimal?
Seperti halnya pembelajaran dengan cara lain, e-learning bisa memberikan manfaat yang optimal jika beberapa kondisi berikut terpenuhi.
Tujuan. Sebelum memutuskan untuk mengikuti e-learning, Anda perlu menentukan tujuan belajar Anda, sehingga Anda bisa memilih topik, modul, lama belajar, biaya, dan sarana belajar secara elektronik yang sesuai. Tujuan ini hendaknya dikaitkan dengan tujuan pribadi ataupun tujuan bisnis Anda secara langsung yang spesifik dan terukur. Misalnya: Anda baru saja diangkat sebagai project manager. Dalam tiga bulan pertama Anda ingin mendapat keterampilan di bidang ini. Karena pekerjaan baru, dengan gaji dan pekerjaan yang juga meningkat, Anda merasa tidak mungkin untuk secara fisik meninggalkan pekerjaan Anda. Untuk itu Anda bisa mengikuti e-learning berdurasi tiga bulan dengan topik project management yang ditawarkan lembaga atau universitas tertentu (umumnya universitas di Amerika, Australia dan Eropa menawarkan program e-learning). Sambil mengikuti pelajaran, Anda bisa sekaligus menerapkan ilmu dan keterampilan yang Anda dapatkan. Anda juga bisa memanfaatkan forum diskusi secara elektronik untuk membahas permasalahan yang langsung Anda hadapi di lapangan.
Pembelajar. Cara belajar dengan e-learning memberikan peluang untuk menjadi pembelajar independen. Jadi, untuk mendapatkan manfaat optimal dari e-learning, Anda juga harus senang belajar secara independen, memiliki sikap yang positif terhadap pembelajaran dan perluasan wawasan (memiliki motivasi tinggi untuk menguasai topik yang diambil, menganggap belajar bukan sebagai beban tetapi sebagai peluang untuk meningkatkan kualitas, mampu menerapkan disiplin dalam belajar), memiliki sarana belajar yang menunjang (misalnya: komputer, akses internet, fax, printer), keterampilan dan strategi untuk belajar secara independen di dunia maya (keterampilan dasar menggunakan komputer dan internet, strategi untuk mengelola waktu).
Dukungan. Sama seperti cara belajar lain, cara belajar dengan e-learning akan lebih mudah jika mendapat dukungan dari orang-orang terkait dengan pembelajar (misalnya: atasan, perusahaan tempat bekerja, rekan sekerja, sahabat dan keluarga). Dengan dukungan dari berbagai pihak (baik berupa dana, dukungan moril, maupun dukungan fasilitas), semangat belajar yang terkadang turun bisa tetap dipertahankan, bahkan dipacu lebih tinggi, masalah yang dihadapi dalam belajar bisa dituntaskan, sehingga proses belajar dan penyelesaian program bisa lebih mudah dijalankan.
Media lain. E-learning hanyalah sebuah “alat” yang dapat digunakan untuk mencapai suatu tujuan. “Alat” ini jika digunakan bersama “alat-alat” akan mempercepat dan mempermudah pencapaian tujuan. Dengan demikian, e-learning tidak harus digunakan secara murni, tetapi bisa diharmonisasikan dengan penggunaan media lain untuk saling menunjang meraih tujuan si pembelajar. Jadi, jika memang ada kesempatan untuk menggunakan media lain untuk belajar (pembelajaran konvensional di kelas, pembelajaran melalui mailing list, video, radio, fax, atau korespondensi), mengapa tidak saling dikoordinasikan?
Pilih yang Anda perlu. Jika Anda hanya perlu bepergian dengan mobil, Anda tidak perlu menggunakan pesawat terbang. Jika Anda hanya memerlukan informasi dan pengetahuan umum untuk memperluas wawasan, Anda tidak perlu memerlukan sarana untuk memperluas wawasan di bidang tertentu, Anda tak perlu mengeluarkan biaya untuk mengikuti e-learning lengkap, Anda bisa saja berpartisipasi dalam dialog elektronik ataupun menjadi anggota mailing list yang memberikan informasi yang Anda perlukan. Misalnya, untuk mendapatkan tips cerdas untuk mengembangkan diri, Anda bisa mencoba berpartisipasi dalam mailing list smart_wisdom@yahoogroups.com, untuk informasi mengenai manajemen, mengapa tidak mengakses manajemen@yahoogroups.com, dan untuk mendapat contoh dialog dan ungkapan bahasa Inggris dalam bisnis, cobalah edpro@yahoogroups.com. Anda juga bisa membangun mailing list atau berkirim email dengan teman seprofesi untuk saling bertukar informasi. Cara lain yang bisa Anda coba adalah mencari informasi di internet di website tertentu (website majalah internasional, ataupun perusahan konsultan internasional). Misalnya untuk mendapat informasi mengenai strategi manajemen dan bisnis, Anda bisa mencoba mengunjungi dan menjadi anggota mckinseyquarterly. com, sedangkan untuk mendapat informasi bisnis, kunjungi website majalah bisnis nasional maupun internasional, dan untuk melihat informasi lainnya mengenai cara manajemen diri kunjungi website surat kabar Anda ini (http:www. sinarharapan.co.id). Untuk melihat contoh e-learning, Anda bisa mengunjungi berbagai websites, antara lain: www.rootleraning.com, dan www.engines4ed.org.
E-learning memberikan cara alternatif untuk belajar. Pemanfaatan e-learning secara optimal pun tergantung dari beberapa kondisi yang perlu dipenuhi. Namun, apa pun cara belajar yang dipilih, semua berpulang kepada si pembelajar. Tanpa komitmen dan kendali diri, tak ada satu cara belajar pun yang akan berhasil. Selamat belajar.n
10 tips mengimplementasikan E-learning
Untuk menambah kelengkapan informasi tentang
e-learning, berikut kutipan pendapat seorang pakar dari Inggris, Jane Knight.
Beliau adalah pendiri e-Learning Centre, suatu lembaga konsultasi independen
tentang e-learning, sekaligus editor situs http://www.e-learningcentre.co.uk.
Ada
beberapa tips yang perlu diperhatikan bagi siapa saja yang ingin
mengimplementasikan e-learning didalam organisasi. Bacalah petunjuk dibawah ini
:
[1]
E-learning lebih dari sekedar e-training. Banyak pelatihan di organisasi di
masa lalu yang mengambil pola pelatihan dalam bentuk sangat formal yang disebut
kursus, Adapun kini, banyak orang sudah mengetahui bahwa sekitar 70% proses
pembelajaran berlangsung di lingkungan informal organisasi, semisal tidak dalam
ruang kelas atau ketika bekerja melalui kursus online, namun sesungguhnya dalam
aktivitas kerja sehari-hari, para pekerja membawa pulang pekerjaan mereka dan
mencari informasi, membaca dokumen, berbicara dengan kolega mereka, dan
sebagainya. Itulah sebentuk aktivitas pembelajaran informal yang perlu didukung
dan diperkuat melalui fasilitas yang online. Oleh karena itu, e-learning tidak
hanya e-training, melainkan juga mengenai informasi, komunikasi, kolaborasi,
dukungan kinerja dan berbagi pengetahuan.
[2]
"Quick n Dirty Works", Kompleks, rumit, interaktif, instruksional,
banyak biaya untuk multimedia e-learning, waktu yang lama untuk membangun, dan
kemungkinan perangkat komputer yang sudah tidak up-to-date dengan perkembangan
terakhir. Dalam banyak kasus, solusi termudah adalah adanya respon yang cepat
dari pengelola, termasuk penyediaan kebutuhan pembelajaran.
[3]
Komunikasi dan kolaborasi adalah kuncinya. Jangan lupa bahwa pembelajaran
adalah suatu aktivitas sosial, dan terkadang anda akan lebih Powerfullatau
menjadi lebih tenang ketika mengikuti proses pembelajaran yang melibatkan
sekian banyak komunitas online dan jaringan, dan dengan memperkuat kolaborasi
diantara para pembelajar dimana kita dapat saling bertukar bahan. Yakinkan diri
anda bahwa anda memang menyediakan peluang dan kesempatan bagi banyak orang
untuk komunikasi, berkolaborasi dan berbagi pengetahuan.
[4] The
magic is in the mix, Banyak solusi pembelajaran formal terkadang bekerja ketika
mereka dikombinasikan (campuran) dengan hal-hal tradisional, yaitu aktivitas
face-to-face, untuk membentuk solusi campuran. Cara ini akan memberikan
pengalaman pembelajaran yang lebih lengkap dan bervariasi bagi siapa saja yang
perlu bekerja dalam program pembelajaran sepanjang waktu.
[5]
Pembelajaran harus diawali dari kebutuhan individu. Coba anda temukan apa yang
diperlukan oleh orang banyak tentang kebutuhan mereka untuk belajar tentang
pekerjaan mereka dan temukan pula bagaimana, dimana atau kemana dan kapan
mereka menginginkan belajar. Lalu, jika sudah, coba rancang solusi pembelajaran
yang dapat membantu mereka. Giatkan para pekerja untuk swa-motivasi
(self-directed) dalam pembelajaran dan tumbuhkan rasa tanggung jawabnya dan
bantulah mereka dalam memahami dan membangun e-learning.
[6] If
you build it, they won't necessarily use it. Perhatikan, jangan mentang-mentang
anda sudah menciptakan solusi dalam e-learning, lalu anda memaksakan para pembelajar
untuk datang beramai-ramai dan menggunakannya. Anda mungkin akan menemui dan
harus menanggulangi beberapa hambatan yang datang dari organisasi dan personal,
sebelum para pembelajar membeli dan membawa pulang e-learning. Intinya, mereka
perlu melihat dan membuktikan e-learning sebagai sesuatu yang membawa
keuntungan bagi mereka dan memantapkan langkah mereka dalam belajar.
[7]
E-learning harus disesuaikan dengan kondisi organisasi bersangkutan. Ingatlah,
tidak ada formula ajaib dalam merancang e-learning dalam sebuah organisasi;
anda akan melihat banyak perbedaan di setiap organisasi. Maka, e-learning harus
disesuaikan dengan sasaran-sasaran bisnis, budaya organisasi,
keinginan-keinginan para pekerja dan gaya
belajar setiap individu. Dengan memperhatikan faktor-faktor itu, anda akan
dapat merancang solusi e-learning yang paling cocok bagi organisasi anda.
[8]
E-learning = solusi bisnis. Suatu strategi e-learning yang dirancang dengan
baik sangatlah diperlukan dalam kaitannya dengan sasaran bisnis, semisal
peningkatan produktivitas atau penjualan, atau meningkatkan loyalitas konsumen.
Banyak organisasi masih begitu concern dengan melatih sekian banyak orang, dan
yang menjadi pertanyaan, apakah setiap pekerja yang mengikuti pelatihan itu
lulus. Pada akhir pelatihan, tidaklah penting seberapa banyak yang telah
dipelajari para pekerja, yang penting justru adalah bagaimana mereka
mengaplikasikan apa yang telah mereka pelajari, dan bagaimana kinerja setiap
individu dan pada akhirnya, peningkatan kinerja perusahaan. E-learning,
sebagaimana pembelajaran itu sendiri, bermakna bagaimana akhir dari sesuatu,
tetapi bukan akhir itu sendiri.
[9]
Koordinasikan segala upaya e-learning anda. Bagian Human Resources, Teknologi
Informasi dan unit-unit bisnis perlu bekerjasama untuk menciptakan suatu
lingkungan yang efektif bagi aplikasi e-learning. Banyak organisasi telah
menemukan bahwa setiap perbedaan dalam bisnis telah menjadi bahan kompetisi
bagi vendor yang berbeda. Untuk itulah diperlukan beberapa pusat pengendali untuk
memilih sistem e-learning yang tepat sehingga keputusan yang diambil dapat
berguna bagi setiap bagian di dalam organisasi.
[10]
Just Do It! Akhirnya, anda harus tahu bahwa banyak organisasi yang menghabiskan
waktu hanya untuk merencanakan penggunaan e-learning. Mereka ingin tahu apakah
segalanya akan bekerja jika mereka menggunakannya. Nah, nasihat terbaik yang
bisa saya berikan adalah : START SMALL, THINK BIG and GO !!!
2.4 Penyelenggaraan e-Learning
E-learning tampaknya lebih banyak digunakan di dunia
bisnis. Dari penelitian yang dilaksanakan oleh Diane E. Lewis pada tahun 2001
(Lewis, 2002) diketahui bahwa sekitar 42% dari 671 perusahaan yang diteliti
telah menerapkan program pembelajaran elektronik dan sekitar 12% lainnya berada
pada tahap persiapan/perencanaan. Di samping itu, sekitar 90% kampus perguruan
tinggi nasional juga mengandalkan berbagai bentuk pembelajaran elektronik, baik
untuk membelajarkan para mahasiswanya maupun untuk kepentingan komunikasi
antara sesama dosen. Kemajuan yang demikian ini sangat ditentukan oleh sikap
positif masyarakat pada umumnya, pimpinan perusahaan, peserta didik, dan tenaga
kependidikan pada khususnya terhadap teknologi komputer dan internet. Sikap
positif masyarakat yang telah berkembang terhadap teknologi komputer dan
internet antara lain tampak dari semakin banyaknya jumlah pengguna dan penyedia
jasa internet.
Peningkatan jumlah pengguna internet sangat
menakjubkan di berbagai Negara, terutama di lingkungan negara-negara
berkembang. Alexander Downer, Menteri Luar negeri Australia, mengemukakan bahwa
jumlah pengguna internet dalam kurun waktu 1998-2000 meningkat dari 1,7 juta
menjadi 9,8 juta orang (Brazil), dari 3,8 juta menjadi 16,9 juta orang (China),
dan dari 3.000 menjadi 25.000 orang (Uganda) (Downer, 2001).
Selain sikap positif peserta didik dan tenaga
kependidikan, alasan/pertimbangan lain untuk menggunakan e-Learning, di
antaranya adalah karena: (a) harga perangkat komputer yang semakin lama semakin
relatif murah (tidak lagi diperlakukan sebagai barang mewah), (b) peningkatan
kemampuan perangkat komputer yang mampu mengolah data lebih cepat dan kapasitas
penyimpanan data yang semakin besar; (c) memperluas akses atau jaringan
komunikasi, (d) memperpendek jarak dan mempermudah komunikasi, (e) mempermudah
pencarian atau penelusuran informasi melalui internet.
Mempersiapkan sumber daya manusia (SDM) untuk
menguasai pengetahuan dan keterampilan di bidang pengembangan dan pengelolaan
kegiatan pembelajaran elektronik menjadi faktor yang sangat menentukan di samping
pengadaan fasilitas komputer dan akses internet. Perkembangan yang terjadi
dewasa ini adalah mudahnya menjumpai tempat-tempat untuk mengakses internet
seiring dengan meningkatnya jumlah Warung Internet (Warnet), baik milik
pemerintah maupun publik.
Penyediaan fasilitas internet melalui PT Pos
Indonesia telah masuk ke-116 kota di seluruh Indonesia
(Hardhono, 2002). Keberadaan berbagai perguruan tinggi di kabupaten/kota turut
mempercepat peningkatan jumlah pengguna internet. Demikian juga halnya dengan
jumlah institusi penyelenggara kegiatan pembelajaran elektronik, yaitu tercatat
sekitar 150 institusi penyelenggara perkuliahan elektronik untuk program
sarjana muda dan 200 institusi untuk program sarjana (Pethokoukis, 2001).
Sejalan dengan perkembangan kemajuan teknologi
komputer dan internet, Amerika Serikat menetapkan satu strategi nasional yang
berfokus pada pemanfaatan teknologi pendidikan, yaitu khusus mengenai “akses
para siswa dan guru ke internet. Penggunaan broadband access menjadi standar
yang baru. Sebagai tindak lanjutnya, Concord Consortium’s Virtual
High School merintis penyelenggaraan Virtual High School pada tahun 1997.
Pada awalnya, Virtual High School
hanya diikuti oleh 28 sekolah. Kemudian, berkembang sehingga mencakup 150
sekolah dengan jumlah siswa lebih 3.000 orang yang tersebar di 30 negara bagian
dan di 5 negara asing (Brown, 2000). Sedangkan Virtual High School di Ontario,
Kanada, memulai kegiatannya pada tahun 1996 dengan 1.000 siswa. Dalam
pengembangannya, telah dijalin kerjasama dengan berbagai Dewan Sekolah di
Amerika Utara dan di berbagai negara lainnya (Brown, 2000).
Dalam penyelenggaraan kegiatan pembelajaran
elektronik, guru/dosen/instruktur merupakan faktor yang sangat menentukan dan
keterampilannya memotivasi peserta didik menjadi hal yang krusial (Gibbon,
2002). Karena itu, guru/dosen/instruktur haruslah bersikap transparan
menyampaikan informasi tentang semua aspek kegiatan pembelajaran sehingga
peserta didik dapat belajar secara baik untuk mencapai hasil belajar yang baik.
Informasi yang dimaksudkan di sini mencakup (a) alokasi waktu untuk mempelajari
materi pembelajaran dan penyelesaian tugas-tugas, (b) keterampilan teknologis
yang perlu dimiliki peserta didik untuk memperlancar kegiatan pembelajarannya,
dan (c) fasilitas dan peralatan yang dibutuhkan dalam kegiatan pembelajaran
(Rankin, 2002).
Di samping hal-hal tersebut di
atas, para guru/dosen/instruktur dalam pembelajaran elektronik juga dituntut
aktif dalam diskusi (McCracken, 2002), misalnya dengan cara: (a) merespons
setiap informasi yang disampaikan peserta didik, (b) menyiapkan dan menyajikan
risalah dan berbagai sumber (referensi) lainnya, (c) memberikan bimbingan dan
dorongan kepada peserta didik untuk saling berinteraksi, (d) memberikan umpan
balik secara individual dan berkelanjutan kepada semua peserta didik, (e)
menggugah/ mendorong peserta didik agar tetap aktif belajar dan mengikuti
diskusi, serta (f) membantu peserta didik agar tetap dapat saling berinteraksi
3. Profil peserta
elearning
Kegiatan
e-Learning lebih bersifat demokratis dibandingkan dengan kegiatan belajar pada
pendidikan konvensional. Mengapa? Peserta didik memiliki kebebasan dan tidak
merasa khawatir atau ragu-ragu maupun takut, baik untuk mengajukan pertanyaan
maupun menyampaikan pendapat/tanggapan karena tidak ada peserta belajar lainnya
yang secara fisik langsung mengamati dan kemungkinan akan memberikan komentar,
meremehkan atau mencemoohkan pertanyaan maupun pernyataannya (Loftus, 2001).
Profil peserta e-Learning adalah seseorang yang (1) mempunyai motivasi belajar mandiri yang tinggi dan memiliki komitmen untuk belajar secara sungguh-sungguh karena tanggung jawab belajar sepenuhnya berada pada diri peserta belajar itu sendiri (Loftus, 2001), (2) senang belajar dan melakukan kajian-kajian, gemar membaca demi pengembangan diri secara terus-menerus, dan yang menyenangi kebebasan, (3) mengalami kegagalan dalam mata pelajaran tertentu di sekolah konvensional dan membutuhkan penggantinya, atau yang membutuhkan materi pelajaran tertentu yang tidak disajikan oleh sekolah konvensional setempat maupun yang ingin mempercepat kelulusannya sehingga mengambil beberapa mata pelajaran lainnya melalui e-Learning, serta yang terpaksa tidak dapat meninggalkan rumah karena berbagai pertimbangan (Tucker, 2000).
Profil peserta e-Learning adalah seseorang yang (1) mempunyai motivasi belajar mandiri yang tinggi dan memiliki komitmen untuk belajar secara sungguh-sungguh karena tanggung jawab belajar sepenuhnya berada pada diri peserta belajar itu sendiri (Loftus, 2001), (2) senang belajar dan melakukan kajian-kajian, gemar membaca demi pengembangan diri secara terus-menerus, dan yang menyenangi kebebasan, (3) mengalami kegagalan dalam mata pelajaran tertentu di sekolah konvensional dan membutuhkan penggantinya, atau yang membutuhkan materi pelajaran tertentu yang tidak disajikan oleh sekolah konvensional setempat maupun yang ingin mempercepat kelulusannya sehingga mengambil beberapa mata pelajaran lainnya melalui e-Learning, serta yang terpaksa tidak dapat meninggalkan rumah karena berbagai pertimbangan (Tucker, 2000).
Kegiatan e-Learning lebih bersifat
demokratis dibandingkan dengan kegiatan belajar pada pendidikan konvensional.
Mengapa? Peserta didik memiliki kebebasan dan tidak merasa khawatir atau
ragu-ragu maupun takut, baik untuk mengajukan pertanyaan maupun menyampaikan
pendapat/tanggapan karena tidak ada peserta belajar lainnya yang secara fisik
langsung mengamati dan kemungkinan akan memberikan komentar, meremehkan atau
mencemoohkan pertanyaan maupun pernyataannya (Loftus, 2001).
Profil peserta e-Learning adalah seseorang yang (1)
mempunyai motivasi belajar mandiri yang tinggi dan memiliki komitmen untuk
belajar secara sungguh-sungguh karena tanggung jawab belajar sepenuhnya berada
pada diri peserta belajar itu sendiri (Loftus, 2001), (2) senang belajar dan melakukan
kajian-kajian, gemar membaca demi pengembangan diri secara terus-menerus, dan
yang menyenangi kebebasan, (3) mengalami kegagalan dalam mata pelajaran
tertentu di sekolah konvensional dan membutuhkan penggantinya, atau yang
membutuhkan materi pelajaran tertentu yang tidak disajikan oleh sekolah
konvensional setempat maupun yang ingin mempercepat kelulusannya sehingga
mengambil beberapa mata pelajaran lainnya melalui e-Learning, serta yang
terpaksa tidak dapat meninggalkan rumah karena berbagai pertimbangan (Tucker,
2000).
(2) Pro dan kontra terhadap e-Learning
Pengkritik e-Learning mengatakan bahwa “di samping
daerah jangkauan kegiatan e-Learning yang terbatas (sesuai dengan ketersediaan
infrastruktur), frekuensi kontak secara langsung antarsesama siswa maupun
antara siswa dengan nara
sumber sangat minim, demikian juga dengan peluang siswa yang terbatas untuk
bersosialisasi (Wildavsky, 2001). Terhadap kritik ini, lingkungan pembelajaran
elektronik dapat membantu membangun/mengembangkan “rasa bermasyarakat” di
kalangan peserta didik sekalipun mereka terpisah jauh satu sama lain.
Guru atau instruktur dapat menugaskan peserta didik
untuk bekerja dalam beberapa kelompok untuk mengembangkan dan mempresentasikan
tugas yang diberikan. Peserta didik yang menggarap tugas kelompok ini dapat
bekerjasama melalui fasilitas homepage atau web. Selain itu, peserta didik
sendiri dapat saling berkontribusi secara individual atau melalui diskusi
kelompok dengan menggunakan e-mail (Website kudos, 2002).
Concord Consortium (2002) (http://www.govhs.org/)
mengemukakan bahwa pengalaman belajar melalui media elektronik semakin
diperkaya ketika peserta didik dapat merasakan bahwa mereka masing-masing
adalah bagian dari suatu masyarakat peserta didik, yang berada dalam suatu
lingkungan bersama. Dengan mengembangkan suatu komunitas dan hidup di dalamnya,
peserta didik menjadi tidak lagi merasakan terisolasi di dalam media
elektronik. Bahkan, mereka bekerja saling bahu-membahu untuk mendukung satu
sama lain demi keberhasilan kelompok.
Lebih jauh dikemukakan bahwa di dalam kegiatan
e-Learning, para guru dan peserta belajar mengungkapkan bahwa mereka justru
lebih banyak mengenal satu sama lainnya. Para
peserta belajar sendiri mengakui bahwa mereka lebih mengenal para gurunya yang
membina mereka belajar melalui kegiatan e-Learning. Di samping itu, para guru
e-Learning ini juga aktif melakukan pembicaraan (komunikasi) dengan orangtua
peserta didik melalui telepon dan email karena para orangtua ini merupakan
mitra kerja dalam kegiatan e-Learning. Demikian juga halnya dengan komunikasi
antara sesama para peserta e-Learning.
Di pihak manapun kita berada, satu hal yang perlu
ditekankan dan dipahami adalah bahwa e-Learning tidak dapat sepenuhnya
menggantikan kegiatan pembelajaran konvensional di kelas (Lewis, 2002). Tetapi,
e-Learning dapat menjadi partner atau saling melengkapi dengan pembelajaran
konvensional di kelas. e-Learning bahkan menjadi komplemen besar terhadap model
pembelajaran di kelas atau sebagai alat yang ampuh untuk program pengayaan.
Sekalipun diakui bahwa belajar mandiri merupakan “basic thrust” kegiatan
pembelajaran elektronik, namun jenis kegiatan pembelajaran ini masih
membutuhkan interaksi yang memadai sebagai upaya untuk mempertahankan
kualitasnya (Reddy, 2002).
4. Simpulan dan Saran
Pengertian e-Learning atau pembelajaran elektronik
sebagai salah satu alternatif kegiatan pembelajaran dilaksanakan melalui
pemanfaatan teknologi komputer dan internet. Seseorang yang tidak dapat
mengikuti pendidikan konvensional karena berbagai faktor penyebab, misalnya
harus bekerja (time constraint), kondisi geografis (geographical constraints),
jarak yang jauh (distance constraint), kondisi fisik yang tidak memungkinkan
(physical constraints), daya tampung sekolah konvensional yang tidak memungkinkan
(limited available seats), phobia terhadap sekolah, putus sekolah, atau karena
memang dididik melalui pendidikan keluarga di rumah (home schoolers)
dimungkinkan untuk dapat tetap belajar, yaitu melalui e-Learning.
Penyelenggaraan e-Learning sangat ditentukan antara
lain oleh: (a) sikap positif peserta didik (motivasi yang tinggi untuk belajar
mandiri), (b) sikap positif tenaga kependidikan terhadap teknologi komputer dan
internet, (c) ketersediaan fasilitas komputer dan akses ke internet, (d) adanya
dukungan layanan belajar, dan (e) biaya akses ke internet yang terjangkau untuk
kepentingan pembelajaran/pendidikan.
Perkembangan di berbagai negara memperlihatkan
bahwa jumlah pengguna internet terus meningkat; demikian juga halnya dengan
jumlah peserta didik yang mengikuti e- Learning dan institusi penyelenggara
e-Learning. Fungsi e-Learning dapat sebagai pelengkap atau tambahan, dan pada
kondisi tertentu bahkan dapat menjadi alternatif lain dari pembelajaran
konvensional. Peserta didik yang mengikuti kegiatan pembelajaran melalui
program e-Learning memiliki pengakuan yang sama dengan peserta didik yang
mengikuti kegiatan pembelajaran secara konvensional.
Peserta didik maupun dosen/guru/instruktur dapat
memperoleh manfaat dari penyelenggaraan e-Learning. Beberapa di antara manfaat
e-Learning adalah fleksibilitas kegiatan pembelajaran, baik dalam arti
interaksi peserta didik dengan materi/bahan pembelajaran, maupun interaksi
peserta didik dengan dosen/guru/ instruktur, serta interaksi antara sesama peserta
didik untuk mendiskusikan materi pembelajaran.
Lembaga pendidikan konvensional
(universitas, sekolah, lembaga-lembaga pelatihan, atau kursus-kursus yang
bersifat kejuruan dan lanjutan) secara ekstensif telah menyelenggarakan
perluasan kesempatan belajar bagi ‘target audience’ mereka melalui pemanfaatan
teknologi komputer dan internet (Collier, 2002). Seiring dengan hal ini,
peserta didik usia sekolah yang mengikuti kegiatan pembelajaran elektronik juga
terus meningkat jumlahnya (Gibbon, 2002).