Facebook

Hello! Comments Pictures

Selasa, 14 April 2015

RASIONALISME



 Kaum rasionalisme mulai dengan suatu pernyataan yang sudah pasti. Aksioma dasar yang dipakai membangun sistem pemikirannya diturunkan dan idea yang menurut anggapannya adalah jelas, tegas, dan pasti dalam pikiran manusia. Pikiran manusia mempunyai kemampuan untuk “mengetahui” idea tersebut namun manusia tidak menciptakannya, maupun tidak mempelajari hasrat pengalaman. Idea tersebut kiranya sudah ada “di sana” sebagai bagian dan kenyataan dasar, dan pikiran manusia, karena ia terlihat dalam kenyataan tersebut, pun akan mengandung idea pula. Jadi dalam pengertian inilah maka pikiran itu menalar. Kaum rasionalis berdalil, bahwa karena pikiran dapat memahami pninsip, maka prinsip itu harus “ada”; artinya, prinsip harus benar dan nyata. Jika prinsip itu tidak “ada”, orang tidak mungkin akan dapat menggarnbarkannya. Prinsip dianggap sebagai sesuatu a-priori, atau pengalaman, dan karena itu prinsip tidak dikembangkan dan pengalaman: bahkan sebaliknya, pengalaman hanya dapat dimengerti bila ditinjau dan prinsip tersebut.
        Plato memberikan gambaran klasik dan rasionalisme. Dalam sebuah dialog yang disebut Meno, dia berdalil, bahwa untuk mempelajani sesuatu, seseorang harus menemukan kebenaran yang sebelumnya belum diketahui. Tetapi, jika dia belum mengetahui kebenaran tersebut. bagaimana dia bisa mengenalinya? Plato menyatakan bahwa seseorang tidak dapat mengatakan apakah suatu pernyataan itu benar kecuali kalau dia. Sebelumnya sudah tahu bahwa itu benar. Kesimpulannya adalah bahwa manusia tidak mempelajari apa pun; ia hanya “teringat apa yang telah dia ketahui”. Semua prinsip-prinsip dasar dan bersifat umum sebelumnya sudah ada dalam pikiran manusia. Pengalaman indera paling banyak hanya dapat merangsang ingatan dan membawa kesadaran terhadap pengetahuan yang selama itu sudah berada dalam pikiran.
       Teori pengetahuan Plato mi kemudian diintegrasikan dengan pendapatnya tentang hakekat kenyataan. Menurut Plato kenyataan dasar terdirt dan idea atau prinsip. Idea mi disebutnya bentuk. Keindahan, kebenaran, keadilan adalah salah satu dan bentuk yang berada secara mutlak dan tidak berubah kapan pun dan bagi siapa pun. Manusia dapat mengetahui bentuk-bentuk ini lewat proses intuisi rasional yakni suatu kegiatan yang khas dan pikiran manusia. Bukti bahwa bentuk ini ada di.. dasarkan pada kenyataan bahwa manusia dapat menggambarkannya. Jadi, Plato memandang pengetahuan sebagai suatu penemuan yang terjadi selama proses pemikiran rasional yang teratur.
           Geometri (ilmu ukur) adalah salah satu dan contoh favorit kaum rasionalis. Mereka berdalil bahwa aksioma dasar geometri (umpamanya, “sebuah garis lurus merupakan jarak yang terdekat antara dua titik”) adalah idea yang jelas dan tegas yang “baru kemudian” dapat diketahui oleh manusia. Dan aksioma dasar itu dapat dideduksikan sebuah sistem yang terdiri dan subaksioma-subaksioma. Hasilnya adalah sebuah jaringan pernyataan yang formal dan konsisten yang secara logis tersusun dalam batasbatas yang telah digariskan oleh suatu aksioma dasar yang sudah pasti.
         Rene Descartes, ahli matematika dan falsafah pada abad ketujuh belas, mengajukan argumentasi yang kuat untuk pendekatan rasional terhadap pengetahuan. Hidup dalam keadaan yang penuh pertentangan ideologis, Descartes mempunyai keinginan yang besar untuk mendasarkan keyakinannya pada sebuah landasan yang mempunyai kepastian yang mutlak. Untuk mencapai tujuan tersebut, dia melakukan pengujian. yang mendalam terhadap segenap apa yang diketahuinya. Dia memutuskan bahwa jika dia menemukan suatu alasan yang meragukail suatu kategori atau prinsip dan pengetahuan, maka kategori itu akan dikesampingkan. Dia hanya akan menerima sesuatu yang terhadapnya dia tak mempunyai keberatan apa-apa.
       Descartes menganggap bahwa pengetahuan memang dihasilkan oleh indera, tetapi karena dia mengakui bahwa indera itu bisa menyesatkan (seperti dalam mimpi atau khayalan), maka dia terpaksa mengambilkesimpulan bahwa data keinderaan tidak dapat diandalkan. Dia kemudian menguji kepercayaannya terhadap Tuhan Yang Mahakuasa, tetapi di sini pun dia menemukan, bahwa dia dapat membayangkan Tuhan yang mungkin bisa menipu manusia. Dalam kesungguhannya mencari dasar yang mempunyai kepastian mutlak mi, Descartes meragukan adanya surga dan dunia, pikiran dan badani. Satu-satunya hal yang tak dapat dia ragukan adalah eksistensi dirinya sendiri; dia tidak meragukan lagi bahwa dia sedang ragu-ragu. Bahkan jika kemudian dia disesatkan dalam berpikir bahwa dia ada, dia berdalih bahwa penyesatan itu pun merupakan bukti bahwa ada seseorang yang sedang disesatkan. Batu karang kepastian Descartes mi diekspresikan dalarn bahasa Latin cogito, ergo sum (Saya berpikir, karena itu saya ada).
Diceriterakan bahwa ada seorang mahaguru yang sedang membicarakan masalah eksistensi. Mahasiswa-mahasiswanya diminta untuk membaca Descartes. Keesokan harinya datang kepadanya seorang mahasiswa yang bingung dan lesu dengan keluhan bahwa semalaman dia terus terjaga dalam usaha untuk memutuskan apakah dia itu ada atau tidak. “Katakan kepada saya, apakah saya ada?” Profesor itu, setelah menyimak pertanyaan itu balik bentanya, “Siapakah yang ingin tahu?”
         Dalam, usaha untuk menjelaskan mengapa kebenanan yang satu (Saya benpikir, maka saya ada) adalah beyiar, Descartes benkesimpulan bahwa dia merasa diyakinkan oleh kejelasar/dan ketegasan dan idea tersebut. Di atas dasar ini dia menalar bahwa sep’~ua kebenaran dapat kita kenal karena kejelasan dan ketegasan yang tii,yibul dalam pikiran kita: “Apa pun yang dapat digambarkan secara jelas dan tegas adalah benar.”
        Apa yang telah diungkapkan di atas adalah contoh-contoh bagaimana falsafah rasional mempercai bahwa pengetahuan yang dapat diandalkan bukanlah diturunkan dari dunia pengalaman melainkan dan dunia pikiran. (Dalam rasionalisme “pikiran” tidak sinonim dengan “otak”). Baik Plato maupun Descartes” keduanya menganggap bahwa pengetahuan yang benar sudah ada bensama kita dalam bentuk idea-idea, yang tidak kita peroleh (pelajari) melainkan merupakan bawaan. Kaum rasionalis kemudian mempertahankan pendapat bahwa dunia yang kita ketahui dengan metode intuisi rasional adalah dunia yang nyata. Kebenaran atau kesalahan tenletak dalam idea dan bukan pada benda-benda tersebut.

Kritik terhadap Rasionalisme

1.         Pengetahuan rasional dibentuk oleh idea yang tidak dapat dilihat maupun diraba. Eksistensi tentang idea yang sudah pasti maupun yang bersifat bawaan itu sendini belum dapat dikuatkan oleh semua manusia dengan kekuatan dan keyakinan yang sama. Lebih jauh, terdapat perbedaan pendapat yang nyata di antara kaum rasionalis itti sendini mengenai kebenaran dasan yang menjadi landasan dalam menalan. Plato, St Augustine, dan Descartes masing-masing mengembangkan teori-teori rasional sendiri yang masing-masing berbeda.
2.          Banyak di antara manusia yang berpikiran jauh merasa bahwa mereka menemukan kesukaran yang besar dalam menerapkan konsep rasional kepada masalah kehidupan yang praktis. Kecenderungan terhadap abstraksi dan kecenderungan da-lam meragukan serta menyangkal syahnya pengalaman keinderaan telah dikritik orang habis-habisan. Kritikus yang terdidik biasanya mengeluh bahwa kaum rasionalis memperlakukan idea atau konsep seakan-akan mereka adalah benda yang obyektif. Menghilangkan nilai dan pengalaman keinderaan, menghilangkan pentingnya benda-benda fisik sebagai tumpuan, lalu menggantinya dengan serangkaian abstraksi yang samar-samar, dinilai mereka sebagai suatu metode yang sangat meragukan dalam rnernperoleh pengetahuan yang dapat diandalkan.

3.          Teori rasional gagal dalam menjelaskan perubahan dan pertambahan pengetahuan manusia selarna mi. Banyak dan idea yang sudah pasti pada satu waktu kemudian berubah pada waktu yang lain. Pada suatu saat dalam sejarah, idea bahwa burni adalah pusat dan sistem matahari hampir diterima secara urnum sebagai suatu pernyataan yang pasti.

0 komentar:

Posting Komentar